Kisah Ngentot dengan Tukang Kebun

Nyonya Rosa yang sudah berusia 40 tahun masih nampak begitu cantik dan sexy, karena dia pintar merawat tubuhnya dengan melakukan senam sex serta minum jamu dan mandi susu. Kulitnya putih bersih dan mulus bak pualam, banyak laki-laki yang meliriknya bila dia sedang berbelanja di pasar. Tetapi dia sama sekali tidak bernafsu dengan cowok yang tidak dikenal baik, paling-paling melemparkan senyuman yang menawan dan lewat begitu saja di hadapan pria-pria itu.

Justru begitu, banyak sekali kaum adam yang ngiler dan pikirannya langsung melayang ke hal-hal yang negatif. Alangkah asyiknya kalau bisa mencicipi tubuh yang aduhai dan menggiurkan itu! Begitulah sekedar impian para lelaki hidung belang, tak sedikit dari mereka yang sembunyi-sembunyi melakukan onani di WC umum seusai melihat wajahnya yang cantik dan tubuhnya yang merangsang.

Suami Nyonya Rosa, yang bernama Pak Burhan adalah pebisnis yang sangat sibuk dan sering berpergian ke luar negeri. Dia jarang sekali berada di rumah, paling-paling sebulan sekali baru pulang. Beliau jarang memberi kehangatan kepada istrinya lantaran sudah begitu capek sesudah menyelesaikan pekerjaan sehari-hari. Kalau pun melayani istri, paling-paling sanggup bertahan satu menit atau dua menit saja.

Tentu Nyonya Rosa merasa tidak puas, dan sudah pasti tidak enak menyimpan perasaan gantung diakibatkan nafsu yang menggebu itu tidak terpuaskan lantaran suaminya ejekulasi duluan sebelum dia mencapai puncak kenikmatan. Bisa dibayangkan bagaimana tersiksa batinnya dan dia sering merasa panas dingin karena birahinya tidak tersalurkan. Sering kali dia melakukan masturbasi dengan penis karet bertenaga baterai yang bisa bergetar sesudah dimasukkan ke dalam lubang vagina. Tetapi tidak juga bisa mendatangkan kepuasan batin, bagaimanapun juga, itu adalah barang tiruan yang tidak seenak aslinya.

Selain Nyonya Rosa dan seorang anak gadisnya yang baru berusia 15 tahun, ada seorang pembantu rumah tangga yang bernama mbak Tuti. Perempuan yang berusia 35 tahun itulah yang biasanya memasak dan mengurusi rumah. Nyonya Rosa juga mempekerjakan seorang tukang kebun untuk mengurusi kebun dan taman bunga kecil di belakang rumah yang mewah dan besar. Laki-laki itu sudah berusia 69 tahun, tetapi masih tegap dan kuat. Tinggi badan mencapai 170 cm, berkumis tebal dan botak, hanya tinggal beberapa helai uban saja yang menempel di kulit kepala.

Warna kulitnya hitam legam karena sering bekerja di bawah sinar matahari yang terik. Biasanya orang rumah itu memanggilnya Pak Gap, biarpun berperawakan kasar tetapi dia amat ramah terhadap siapa saja yang dikenalnya.

Sore itu, di saat senja, sewaktu Pak Gap sedang giat-giat menggembur tanah dengan cangkul dan memupuknya untuk ditanami bunga mawar. Kebetulan Nyonya Rosa lewat dan melihat tukang kebunnya sedang bekerja. Di sekujur tubuh pria itu yang berotot di basahi keringat, dia hanya memakai celana dalam yang berwarna coklat. Nampak ada sesuatu yang begitu menonjol, sebab celana dalam yang ketat tidak sanggup menyembunyikannya dari pandangan mata.

Barang itu terguncang dan bergerak-gerak karena pemiliknya sedang melakukan aktivitas, seolah-olah tidak beta dibungkus begitu saja dan ingin sekali menampakkan diri di hadapan mata ibu cantik yang tengah memperhatikannya. Di wajah Nyonya Rosa nampak senyuman kecil dan di benaknya timbul pikiran yang tak senonoh, membayangkan bagaimana rasanya jika bermain cinta dengan laki-laki kasar dan macho itu. Dia tau tukang kebunnya sering mondar mandir dan mencuri pandang bilamana dia mengenakan pakaian ketat sewaktu melakukan senam arobatik di taman bunga di pagi hari.

Pernah beberapa kali sewaktu dia berenang di kolam renang dan hanya memakai baju bikini, dia melihat pria tua itu terus menerus menelan air liur, jakunnya naik turun saat memperhatikan paha yang putih mulus. Walaupun saat itu, kedua kates montoknya masih terbungkus oleh baju bikini; tetapi baju yang ketat seolah-olah tak sanggup menutupi kedua gundukan yang besar dan kenyal yang amat didambakan oleh laki-laki mana pun.

Pak Gap menatapnya dengan mata melotot dan sambil menelan air liur. Bu Rosa merunduk dan mukanya memerah, dengan malu tersipu-sipu dia berlari kecil menjauhi pria tua yang penasaran itu. Mungkin terpengaruh oleh nafsu sex yang tak terlampiaskan, maka sesampai di rumah, pikiran tak senonoh itu terus menerus membayangi alam sanubarinya. Sehabis makan malam dia memutar VCD porno di kamar tidur. Adegan panas yang disajikan sungguh membangkitkan gairah apalagi mendengarkan suara desahan dan erangan bintang film yang cantik dan genit yang tengah digarap oleh beberapa pendekar jantan dengan pedang sakti.

Dia mulai mengusapi kedua buah dada, semakin lama semakin membakar libido yang sudah lama terpendam di dalam tubuh. Badannya gemetaran dan berkeringat, napasnya terengah-engah pula. Jarum jam dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat.

Karena merasa sumpek di kamar, Nyonya Rosa pun beranjak keluar dan pergi ke taman bunga. Angin bertiup dengan sepoi-sepoi dan keharuman bunga tersebar di sekitarnya malah menambah gejolak nafsu yang menuntut pelampiasan. Dari kejauhan dia melihat masih ada cahaya lampu yang terpancar dari pondok di kebun sayur yang gelap. Lalu dia berjalan dengan lamban menuju pondok itu. Rupanya Pak Gap belum juga tidur, dia lagi duduk dan menikmati minuman arak putih di depan pondok. Begitu terkejutnya dia melihat majikan perempuannya malam-malam datang.

“Oh, Nyonya rupanya! Ada apa ya, malam-malam ke sini?” tanya Pak Gap. “Nggak ada apa-apa, saya kebetulan melihat masih ada cahaya lampu, jadi iseng-iseng main ke sini,” kata Nyonya Rosa sembari beranjak masuk dan duduk di kursi berhadapan dengan Pak Gap.

“Tolong ambilin gelas, saya pengen minum juga, Pak.” Sambung Nyonya Rosa. “Jangan minum banyak-banyak, nanti Ibu mabuk.” Kata Pak Gap sambil menuangkan arak ke gelas buat majikannya.

Mereka berbincang-bincang sambil makan kacang goreng sebagai selingan untuk menikmati minuman arak. Karena arak putih memang berupa minuman yang mengandung alkohol tinggi, maka wajah Nyonya Rosa sudah nampak merah setelah menghabiskan setengah gelas. Kepalanya terasa agak pusing dan detak jantung bertambah cepat. Pak Gap sendiri sudah menghabiskan dua botol dan dia pun merasa tubuhnya panas dan berkeringat dan pikirannya melayang-layang. Dia tak henti-hentinya menatap wajah majikannya yang cantik dan terus menelan air liur sewaktu memandangi tubuhnya yang molek. Apalagi wanita itu memakai baju tidur tak berlengan, berleher rendah yang menampakkan bagian atas payudara dengan belahan yang dalam.

Kedua gundukan itu begitu montok dan besar sehingga terlihat samar-samar teteknya terbungkusi baju tipis berwarna putih. Kedua paha mulus yang tersingkap tak tertutupi oleh baju yang pendek, benar-benar membangkitkan gairah dan nampaknya si tukang kebun itu sudah amat gelisah, terdengar dengusan napas yang berat seakan-akan dia baru saja selesai mencangkul tanah.

“Idih……, bapak kok lihatin orang terus, malu aaah…..” kata Nyonya Rosa, dia merundukkan kepala dan tersenyum sipu-sipu. Pipinya memerah entah malu atau pengaruh alkohol.

“Siapa suruh Ibu begitu cantik dan sexy?” Pak Gap mencoba untuk menggodanya. “Wuh, genitnya……, dasar kurang ajar!” sergah Bu Rosa.

Barangkali terpengaruh oleh minuman keras, Pak Gap lalu menghampiri Bu Rosa dan meraba-raba pahanya yang padat berisi. Wanita itu langsung menggeliat geli karena telapak tangan tukang kebunnya yang penuh dengan kapalan terasa amat kasar.

“Nyonya kelihatan lelah, biarlah aku mijitin!”, jari-jarinya mulai memijit pundak majikannya. Wanita itu memejamkan kedua mata sembari merasakan pijitan jari-jari kasar. Kira-kira lima menit lamanya memijiti pundak, leher dan kedua lengan, tangan Pak Gap mulai meraba-raba kedua buah dada yang tidak ber-BH, melihat majikannya tidak menolak dan nyalinya pun bertambah besar. Dia mulai meremas-remas dengan kuat. Mulut wanita cantik itu mengeluarkan suara erangan dan napasnya terengah-engah, merasakan darah di sekujur tubuh mendesir dengan cepat.

Tangan nakal itu kemudian berpindah ke paha kiri kanan dan mulai mengelus-elus. Telapak tangan kasar itu terasa seperti ular yang sedang merayap di kulit, seolah-olah ada aliran listrik yang menjalar ke tempat yang paling rahasia. Tubuhnya langsung lemas tak bertenaga, dia langsung memegangi kedua lengan pria tua itu.

“Pak, kepalaku pusing banget dan pengen baring sebentar.” Desah Nyonya Rosa dengan suara yang lemah.

“Ibu istirahat dulu di dalam, ya!” Kata pria tua itu, dia lantas membopong calon mangsa yang akan digauli ke dalam gubuk dan membaringkannya di dipan dengan kasur yang kusut dan berbau keringat. Kemudian dia menutup pintu rapat-rapat, di dalam gubuk hanya diterangi lampu minyak tanah yang digantung di dinding. Dia duduk di pinggir dipan dan mulai menggerayangi tubuh yang lemas lunglai itu. Wanita itu sudah mulai menggeliat-geliat dan mengerang dengan hebat. Melihat kondisi sudah matang, tangannya langsung melucuti baju tidur dan celana dalam lawan jenisnya hingga bugil.

Dia mulai mengisap tetek dan meremas buah dada montok itu dengan penuh semangat, lidahnya mulai menjilati dari bagian dada, perut, paha dan akhirnya sampai di bukit yang tidak ditumbuhi semak-semak. Rupanya bukit itu gundul dan licin, hanya terdapat sedikit bulu yang tumbuh di bagian atas hingga mendekati pusar. Dia mulai menjilati gua kenikmatan yang berada di tengah-tengah kedua paha mulus, gua itu sudah mulai mengeluarkan cairan kental, lalu dia membuka lubang yang sudah basah dan merah itu dengan jari-jari dan menjilati buah kacang di dalamnya.

edua tangan Nyonya Rosa memegang erat kepala lelaki tua itu agar mulutnya lebih menempel di lubang kemaluan. Dia mendesah dan mengerang, tubuhnya meliuk-liuk seperti seekor ular, nafasnya naik-turun tak teratur.

“Oh….., Pak Gap….., gagahilah aku, hantamlah aku, oh……, aku mohon, aku sudah tidak tahan lagi!” suara Nyonya Rosa terdengar parau dan mengemis.

“Ha…ha….ha….., aku udah lama pengen ngentot Ibu. Tau nggak, aku sering merancap di kamar mandi dan membayangkan wajah cantik Ibu, aku nggak tahan seusai melihat tubuh seksi ibu saat memakai baju senam ketat yang amat merangsang nafsu birahi.” Kata Pak Gap sembari menanggalkan pakaian, akhirnya dia berdiri telanjang bulat di depan Nyonya Rosa.

Batang kemaluannya begitu tegang, keras, besar dan panjang serta berurat. Dengan nafsu yang menggebu-gebu, dia lantas menaiki tubuh wanita itu dan menindihnya, dia langsung menancapkan kontolnya ke dalam lubang vagina yang basah dan nampak mengembang. Dengan sedikit gerakan menekan, batang penis yang panjang dan keras itu masuk perlahan-lahan ke dalam lubang sempit itu. Nyonya Rosa merasa batang kemaluan si tukang kebun yang panjang itu menyentuh mulut rahimnya, yang terasa begitu sensasional dan merangsang.

Diameter penis itu jelas lebih besar dari milik suaminya yang tercinta. Seolah-olah seperti pisang ambon yang menyumbati lubang memeknya.

“Ahhhh……………..” teriakan kecil keluar dari mulut Nyonya Rosa, tangan kanannya memegang kuat kain bantal. Pak Gap lantas melumat bibir Nyonya Rosa dengan ganas. Wanita itu membalas ciumannya sambil memeluk tubuh tukang kebunnya, dan mereka mulai memangut dengan penuh nafsu.

Seusai berdiam sebentar, Pak Gap mulai menaik turunkan pinggulnya dengan pelan. Nyonya Rosa memejamkan mata dan menikmati gesekan penis besar di dinding lubang kemaluannya. Di malam yang sepi terdengar bunyi: “Ciut…. ciut…. ciut…..” dari gesekan penis di goa kramat yang becek. Kepala Nyonya Rosa bergerak ke kiri ke kanan dan mulutnya mengeluarkan suara erangan. Gerak-geriknya amat memancing nafsu liar si tukang kebun, lelaki tua itu mulai memompa memek majikannya dengan cepat, semakin lama semakin buas.

Terasa ada denyutan-denyutan yang memberi kenikmatan tak terlukiskan pada kepala kontol yang sudah tertanam dalam-dalam. Nyonya Rosa berteriak kecil, kedua matanya terpenjam dan mulutnya menganga menikmati genjotan ganas dari si tukang kebun tua. Saking kuat genjotannya maka timbullah bunyi “buk…..buk…..bukkkk….” disertai teriakan histeris wanita setengah baya yang cantik itu. Dia nampak lemas dan pasrah menerima hantaman demi hantaman yang kuat dan kencang. “Oh….., Pak ampunilah aku……., aku sudah keluar…., ahhhh……….”, jari-jari Bu Rosa mencengkeram kuat dan kukunya yang tajam melukai punggung pria tua yang amat jantan itu.

Biar punggungnya terlukai, tapi dia sama sekali tidak merasa sakit. Jangankan kuku, biar golok pun dia tidak akan merasa gentar. Terasa ada semburan cairan panas yang membasahi kepala kontol, dan tubuh Nyonya Rosa yang tengah ditindihnya mengejang-ngejang dengan hebat pertanda wanita itu sudah mencapai klimaks.

“Tiada maaf bagimu, Bu…..”, sahutnya dengan nafas yang tak teratur. Dia terus menggenjot lubang surgawi yang tengah memberinya kenikmatan yang amat sangat. Batang kontolnya yang panjang dan besar terus memompa seperti stang seher mobil yang naik turun secara otomatis dan menimbulkan bunyi ciut-ciutan, sesekali terdengar suara rintihan Nyonya Rosa yang lemas lunglai dan tak berdaya. Pak Gap terus menggaulinya dengan brutal. Pantat pak tua itu naik turun dengan cepat dan napasnya menggebu-gebu bak napas kerbau yang sedang membajak sawah.

Bulu dadanya yang lebat sudah dibasahi oleh keringat panas. Otot dadanya bergetar-getar, kedua telapak tangannya meremas-remas kedua buah dada yang kenyal, kontolnya yang gede dan panjang nampak asyik mengentoti lubang nikmat yang licin.

“Ahhhhhh………..”, jerit Nyonya Rosa disertai dengan otot badan yang kejang-kejang dan tangan kanannya menarik-narik kain bantal. Dia telah mencapai klimaks yang kedua kali. Mata Pak Gap nampak memerah, dengan napas yang ngos-ngosan dan cengkraman kedua tangan yang kuat pada kedua pundak Nyonya Rosa, gejolak nafsunya sudah tak terbendungkan lagi bagaikan gunung berapi meletus dan menyemburkan lahar panas ke dalam goa kramat yang penuh nikmat itu. Tubuhnya yang kekar lalu lemas dan menindih tubuh Bu Rosa yang putih mulus. Biarpun dia sudah berejekulasi tapi kontolnya masih tegang dan menancap di dalam lubang vagina.

“Oh……., aku merasa puas sekali Pak.” Kata Nyonya Rosa dengan nada lembut. “Aku juga, dan merasa sangat beruntung bisa meniduri wanita secantik Ibu.” Kata Pak Gap sembari mengusap-usap rambut Nyonya Rosa yang penuh dengan keringat. Kedua sosok tubuh yang berpelukan erat itu basah kuyup dipenuhi keringat kepuasan seakan-akan barusan selesai mandi. “Kontolmu enak sekali ya, Pak!” desah Bu Rosa, mukanya tersenyum puas.

“Lubangmu juga enak sekali dikentotin lho, sayang!” jawab Pak Gap sambil menciumi pipi majikannya. “Selain suamiku, Bapaklah laki-laki pertama yang berhasil merenggut kehormatanku. Tapi aku rela dan iklas memberikannya kepada Bapak, karena Bapaklah pria yang sanggup menaklukkan aku dan sangat pantas mencicipinya.”, desah Bu Rosa.

“Terima kasih ya Bu! Apakah suami Ibu tak sanggup memberi kehangatan buat Ibu?”, tanya Pak Gap. “Suamiku, orangnya sangat perhatian dan penuh kasih sayang. Tapi permainan ranjangnya tidak sehebat Bapak. Dia hanya bisa tahan beberapa menit saja.”

“Aduh……, kasihan! Tapi tidak apa-apa kan? Kalau suami Ibu tak sanggup memberi kepuasan batiniah, biarlah saya yang sebagai gantinya!” kata Pak Gap sembari meremas-remas kedua payudara Bu Rosa, rasanya begitu kenyal dan penuh dengan elastisitas. Bu Rosa hanya mengangguk malu-malu. “Sekarang biarkan saya menggagahi Ibu sekali lagi, biarlah saya menikmati tubuhmu yang sexy ini!” bisik Pak Gap, tangannya mulai meraba-raba paha yang putih mulus, bertujuan untuk membangkitkan nafsu birahi majikannya. Bu Rosa memejamkan mata dan Pak Gap mulai menjilati dan menciumi lehernya, tangan kasar pria tua itu meremas-remas bongkahan susu besar yang seperti bakpao itu secara bergantian. Nyonya Rosa berdesah dan napasnya mulai tidak teratur.

“Ibu iklas kan, untuk kedua kalinya?” “Tubuhku udah dinodai Bapak, bagaimana tidak rela untuk kedua kalinya? Kontol Bapak udah tegang lagi ya?” kata Bu Rosa, tangannya menyentuh batang kontol yang tegang dan terasa panas itu. Wajah Pak Gap langsung berseri-seri dan mulai menyerang lagi dengan senjata ampuhnya. “Ah…, dasar sex maniak!” sergah Bu Rosa, dia berusaha merapatkan kedua pahanya untuk menghindari serangan rudal si tukang kebun brengsek. Tetapi Pak Gap dengan sigap menahan kedua kaki wanita itu dengan kakinya yang berotot dan berbulu lebat. Kontolnya yang tegak dan keras langsung menusuk lubang kemaluan yang pertahanannya sudah dipatahkan terlebih dahulu.

Sekali, dua kali tidak tepat. Tetapi ketiga kalinya pas mengenai sasaran. Mula-mula kepala kontolnya yang masuk duluan ke dalam lorong yang sempit dan terasa dinding lorong itu berdenyut-denyut dengan hebat. Lalu dia menekan lebih kuat sedikit, ini kali batang penisnya sudah masuk setengah. Kepala Nyonya Rosa bergerak ke kiri kanan dan kedua tangannya mendorong dada penyerangnya. Pria tua itu lantas memegangi kedua pergelangan tangan itu dengan kuat dan menahannya di tempat kasur tepat di kedua sisi kepala Nyonya Rosa. Dia menusuk lagi, blessss………, dan akhirnya seluruh batang kontolnya yang berukuran 18 Cm sudah tertanamkan di dalam lubang vagina yang siap dibombardir. “Ahhhhhh………….”, terdengar jeritan Bu Rosa yang memelas di kegelapan malam yang semakin larut.