Kenikmatan yg Kurindukan

Suatu saat suamiku harus meneruskan S2nya ke luar negeri untuk tugas perusahaan. Aku mengantar kepergian suamiku sampai di bandara. Demikian sejak itu, aku harus membiasakan hidupnya dengan jadwal tugas suamiku, suatu hari menjelang sore hari, setelah menyediakan makan malam di atas meja, yang pada saat ini harus disiapkan sendiri, sebab pembantuku sedang pulang kampung, karena mendadak ada keluarga dekatnya di kampung yang sakit berat. John teman suamiku orang Italy pada waktu mereka sekolah di Inggris bersama, sedang mendapat tugas di Indonesia sementara ini tinggal dirumah. Telah hampir satu bulan John tinggal bersama kami, istrinya tetap berada di Italy. Seperti biasanya setelah selesai makan bersama, aku kembali kekamar dan karena udara diluar terasa panas aku ingin mengambil shower lalu aku mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi untuk berpancur. Letak kamar mandi nyambung dengan kamar tidurnya. Setelah selesai mandi, aku mengeringkan tubuhku dan dengan hanya membungkus tubuhku dengan handuk mandi, aku membuka pintu kamar mandi dan masuk ke dalam kamar tidurku. Disudut seberang kamar tidur yang tidak tertutup pintunya terlihat John sedang santai dikamarnya, rupanya dia telah selesai makan dan masuk ke kamarnya untuk nonton tv memang dia lebih senang di dalam kamar yang lantainya dilapisi karpet tebal dan udaranya dingin oleh AC. Dengan masih dililit handuk, aku duduk di depan meja rias untuk mengeringkan dan bersisir rambut. Pada saat itu John kulihat dari cerminku mendadak bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mondar mandir di dalam ruangan kamarnya, terlihat malam ini John agak gelisah, tidak seperti biasa yang selalu menutup pintu kamarnya, malam ini dia mondar mandir dan sekali-sekali matanya yang biru kecoklatan melihat ke arahku yang sedang duduk menyisir rambutku. Melihat John seperti itu, aku bangkit berdiri dan berjalan menuju pintu untuk menutup pintu kamarku, aku sempat melihat John tersenyum padaku sambil berkata, “Hai Ratna kau cantik sekali malam ini..!” Tiba tiba John langsung berdiri melintas kamarnya, tanpa aba-aba salah satu kakinya menahan pintu kamarku lalu tangannya yang kekar mencoba menggapai pinggangku, tercium olehku bau alkohol dari mulutnya rupanya John baru saja minum whisky, “..John sadar.. aku Ratna istri temanmu..!” John bisa bicara Indonesia, aku mencoba berbalik dan karena eratnya pegangannya di pinggangku, aku terhuyung-huyung dan aku jatuh telentang di lantai yang dilapisi karpet tebal. Kedua kakiku terpentang lebar, sehingga handuk yang tadinya menutupi bagian bawahku tersingkap, yang mengakibatkan bagian bawahku terbuka polos terlihat bagian pahaku yang putih mulus masih agak basah karena belum sempat kering dengan betul. Rupanya minuman keras sangat mempengaruhi pikiran John yang sudah begitu lama tidak kencan dengan wanita, John dengan cepat berjalan ke arahku yang sedang telentang di lantai dan sekarang jongkok diantara kedua kakiku yang terbuka lebar itu. Dengan cepat kepalanya telah berada diantara pangkal pahaku dan tiba-tiba terasa lidahnya yang kasar dan basah itu mulai menjilati pahaku, hal ini menimbulkan perasaan yang sangat geli. Aku mencoba menarik badannya ke atas untuk menghindari serbuannya pada pahaku, akan tetapi tangannya begitu kekar tubuhnya terlihat besar dan atletis menahan tubuhku. John menunjukan matanya yang jalang, yang membuat aku ketakutan sehingga badanku terdiam dengan kaku. Kedua matanya melotot dengan buas melihat ke arah selangkanganku, kepalanya berada diantara kedua pahaku. Jilatannya makin naik ke atas dan tiba-tiba badanku menjadi kejang ketika bibir John itu terasa menyentuh pinggir dari belahan bibir kemaluanku dari bawah terus naik ke atas dan akhirnya badanku terasa meriang ketika lidah John yang besar basah dan kasar itu menyentuh klitorisku dan menggesek dengan suatu jilatan yang panjang, yang membuat aku terasa terbang melayang-layang bagaikan layang-layang putus ditiup angin.”Aduuuhh!” tak terasa keluar keluhan panjang dari mulutku. Tubuhku terus bergetar-getar seperti orang kena setrum dan mataku terbeliak melihat kearah lidah John yang bolak balik menyapu belahan bibir kemaluanku dan dengan tanpa kusadari kedua pahaku makin kubuka lebar, memberikan peluang yang makin besar pada lidah John bermain-main pada belahan kemaluanku. Dengan tak dapat ditahan lagi, cairan pelumas mulai membanjiri keluar dari dalam kemaluanku dan dari cairan ini makin membuat John makin giat memainkan lidahnya terus menyapu dari bawah ke atas, mulai dari permukaan lubang anusku naik terus menyapu belahan bibir vaginaku sampai pada puncaknya yaitu pada klitorisku. Ohhh… dengan cepat vaginaku menjadi basah kuyup oleh cairan nafsu yang keluar terus menerus dari dalam vaginaku. Sejenak aku seakan-akan lupa diri, terbawa oleh nafsu birahi yang melanda.akan tetapi pada saat berikut aku baru sadar akan situasi yang menimpaku.”Aduuuhh benar-benar gila ini, aku terbuai oleh nafsu karena sentuhan seorang laki laki asing.. aaahh.. tidak.. tidak bisa ini terjadi!”, dengan cepat aku menarik tubuhku dan mencoba bergulir membalik badan untuk bisa meloloskan diri dari John. Dengan membalik badan, sekarang aku merangkak dengan kedua tangan dan lutut dan rupanya ini suatu gerakan yang salah yang berakibat sangat sangat fatal bagiku karena dengan tiba-tiba terasa sesuatu tenaga yang besar menahan pinggangku dan ketika masih dalam keadaan merangkak itu aku menoleh kepalaku ke belakang, terlihat John dengan kedua tangannya merangkul pinggangku dan kepalanya mendekap punggungku tangannya mencoba menarik handuk yang hanya tinggal separoh melilit badanku, badannya yang berat itu menekan tubuhku. Aku mencoba merangkak maju dan berpegang pada tepi tempat tidur untuk mencoba berdiri, akan tetapi tiba-tiba John menekan badannya yang beratnya hampir 80 Kg itu sehingga posisiku yang sudah setengah berlutut, karena beratnya badan John, akhirnya aku tersungkur ke tempat tidur dengan posisi berlutut di pinggir tempat tidur dan separuh badan tertelungkup di atas tempat tidur, di mana badan John menidih badanku. Kedua kaki John berlutut sambil bertumpu di lantai diantara kedua pahaku yang agak terkangkang dan karena posisi badanku yang tertelungkup itu, akhirnya handuk yang setengah melilit dan menutupi badanku lepas, sehingga seluruh tubuhku terbuka dengan lebar. Terdengar John mendesah melihat pinggangku yang ramping serta bongkahan pantatku yang bulat menonjol “..Oh..Ratna tak kusangka kau begitu sexy..!” Tubuh John makin dirapatkan ketubuhku, sehingga terasa pantatku tergesek oleh kedua pahanya yang besar dan berbulu. Dalam usaha merenggangkan kedua kakiku, tangan John bergerak-gerak diselangkanganku dan tanpa dapat dihindari bagian bawah vaginaku tergesek-gesek oleh jari jarinya yang besar besar itu. “Ouch..!..stop John..!” Aku mencoba menyadarinya, kedua tanganku tidak dapat digerakkan karena terhimpit diantara badanku sendiri .Tiba-tiba aku merasakan ada suatu benda kenyal, bulat panas terhimpit pada belahan pantatku dan tiba-tiba aku menyadari akan bahaya yang akan menimpaku, John rupanya sudah mulai beraksi dengan menggesek-gesekan batang kemaluannya pada belahan kenyal pantatku. “Auooohh.. John.. stop! pleasee..aach..!” dengan panik aku mencoba menyuruhnya berhenti melakukan aksinya, akan tetapi seruan itu tidak dipedulikan oleh John malahan sekarang terasa gerakan-gerakan menusuk nusuk benda tersebut pada pantatku mula-mula perlahan dan semakin lama semakin gencar saja. Aku menoleh ke kanan, ke arah kaca besar lemari yang persis berada di samping kanan tempat tidur, terlihat batang kemaluan orang asing tersebut telah tegang dan ya ampun..besar sekali..! dan terlihat batang kemaluannya yang merah berurat bagai sosis besar dengan ujungnya berbentuk agak bulat sedang menggesek gesek bagian pantatku. Rupanya Orang asing ini sudah sangat terangsang dan sekarang dia sedang berusaha memperkosaku. Aku benar-benar menjadi panik, bagaimana tidak.. aku akan disetubuhi oleh teman suamiku yang kelihatan sedang kesetanan oleh nafsu birahinya. Tanpa kusadari sodokan-sodokan batang kemaluan John semakin gencar saja, sehingga aku yang melihat melalui cermin gerakan pantat bule yang bahenol pahanya yang kekar tersebut , benar-benar terpesona karena gerakan tekanan-tekanan ke depan pantatnya benar-benar sangat cepat dan gencar, terasa sekarang serangan-serangan kepala batang kemaluannya tersebut mulai menimbulkan perasaan geli pada belahan pantatku dan kadang-kadang ujung batang kemaluannya menyentuh dengan cepat lubang anusku, menimbulkan perasaan geli yang amat sangat. Terlihat kedua kakinya melangkah ke depan, sehingga sekarang kedua pahanya yang berbulu memepeti kedua pahaku dan gerakan tekanan dan cocolan-cocolan kepala batang kemaluannya mulai terarah menyentuh bibir kemaluanku, aku menjadi bertambah panik, disamping perasaan yang mulai terasa tidak menentu, karena sodokan-sodokan kepala batang kemaluan John menimbulkan perasaan geli dan mulai membangkitkan nafsu birahiku yang sama sekali aku tidak kehendaki. Akhirnya dengan suatu gerakan dan tekanan yang cepat, John mendorong pantatnya ke depan dengan kuat, sehingga batang kemaluannya yang telah terjepit diantara bibir kemaluanku yang memang telah basah kuyup dan licin itu, akhirnya terdorong masuk dengan kuat dan terbenam separoh kedalam vaginaku, diikuti dengan jeritan panjang kepedihan yang keluar dari mulutku. “Aaduhh..!” kepalaku tertengadah ke atas dengan mata yang melotot serta mulut yang terbuka megap-megap kehabisan udara serta kedua tangan mencengkeram dengan kuat pada kasur. Akan tetapi John, tanpa memberikan kesempatan padaku untuk berpikir dan menyadari keadaan yang sedang terjadi, dengan cepat mulai memompa batang kemaluannya dengan gerakan-gerakan yang buas, tanpa mengenal kasihan pada istri temannya yang baru pertama kali ini menerima batang kemaluan yang sedemikian besarnya dalam vaginaku. Batang kemaluannya yang baru masuk sebagian itu dengan cepat keluar masuk mengaduk-aduk lubang kemaluanku tanpa mempedulikan betapa besar batang kemaluannya dibandingkan dengan daya tampung vaginaku. Walaupun hanya sebagian dari batang kemaluan bule itu yang masuk dari setiap gerakan menyebabkan keseluruhan bibir vaginaku mengembang dan mencengkeram batangnya dan klitorisku yang sudah keluar semuanya dan mengeras ikut tertekan masuk ke dalam, di mana klitorisku terjepit dan tergesek dengan batang kemaluannya yang besar dan berurat itu,”Ooohh..aku keenakan.. ini tak mungkin terjadi!” pikirku setengah sadar. “Aku mulai menikmati disetubuhi oleh teman suamiku, bule lagi? gila!” sementara perkosaan itu terus berlangsung, desiran darahku terasa mengalir semakin cepat, pikiran warasku perlahan-lahan menghilang kalah oleh permainan kenikmatan yang sedang diberikan oleh keperkasaan batang kemaluannya yang sedang ‘menghajar’ liang kenikmatankuku, perasaanku seakan-akan terasa melayang-layang di awan-awan dan dari bagian vaginaku terasa mengalir suatu perasaan mengelitik yang menjalar ke seluruh bagian tubuh, membuat perasaan nikmat yang terasa sangat fantastis, membuat mataku terbeliak dan terputar-putar akibat pengaruh batang kemaluan John yang besar begitu tajam dan begitu dahsyat mengaduk-aduk seluruh bagian yang sensitif didalam vaginaku tanpa ada yang tersisa satu milipun. Keseluruhan syaraf syaraf yang bisa menimbulkan kenikmatan dari dinding dalam vaginaku tak lolos dari sentuhan, tekanan, gesekan dan sodokan kepala dan batang kemaluan John yang benar-benar besar itu, rasanya paling kurang tiga kali besarnya tapi seratus kali lebih nikmat dari batang kemaluan suamiku dan cara gerakan pantat bule perkasa ini bergerak memompakan batang kemaluannya keluar masuk ke dalam vaginaku, benar-benar fantastis sangat cepat, membuatku tak sempat mengambil nafas ataupun menyadari apa yang terjadi, hanya rasa nikmat yang menyelubungi seluruh perasaanku, membuat secara total aku tidak dapat mengendalikan diri lagi. aku mulai menyadari akan hebatnya kenikmatan yang sedang menyelubungi seluruh sudut-sudut yang paling dalam di relung tubuhku akibat sodokan-sodokan batang kemaluan bule dalam rongga vaginaku yang menjepit erat, “Aaahh.. !” tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang besar, benar-benar besar sedang mulai memaksa masuk ke dalam vaginaku, memaksa bibir vaginaku membuka sebesar-besarnya, rasanya sampai sebatas kemampuan yang bisa kutolerir. Aku menoleh ke arah cermin untuk melihat apa yang sedang memaksa masuk ke dalam vaginaku itu dan.., “Aaaduuuhh.. gila.. benar-benar fantastis besarnya penis bule ini” keluhku, terlihat bagian pangkal belakang batang kemaluan John sepanjang kurang lebih 5 cm membengkak, membentuk seperti bonggol, dan dari bagian tersebut sedang mulai dipaksakan masuk, menekan bibir-bibir kemaluanku dan secara perlahan-lahan menerobos masuk ke dalam lubang vaginaku . “‘Ooohh.. aaampun.. jangan John.. aku akan mati kalau engkau memaksakan benda itu masuk ke dalamku!” aku memelas tak berdaya seakan-akan John akan mengerti, akan tetapi sia-sia saja, dengan mata melotot aku melihat benda tersebut mulai menghilang ke dalam kemaluanku, “Rat.. nanti kalau sudah masuk semuanya dan licin kau akan merasakan kenikmatan yang kamu belum pernah rasakan sebelumnya..!” John mencoba menenangkanku, kepalaku tertengadah ke atas dan mataku terbalik ke belakang sehingga bagian putihnya saja yang kelihatan, dan sekujur badanku mengejang, bongkahan tersebut terus menerobos masuk ke dalam lubang vaginaku, sampai akhirnya seluruh lubang kenikmatanku dipenuhi oleh kepala, batang kemaluan dan bongkahan pada pangkal batang kemaluan bule tersebut. Oh.. benar-benar terasa sesak dan penuh rongga vaginaku dijelali oleh keseluruhan batang kemaluan bule tsb. Dalam keadaan itu John terus melanjutkan menekan-nekan pantatnya dengan cepat, membuat badanku ikut bergerak-gerak karena belakang batang kemaluannya telah terganjal di dalam lubang kemaluanku akibat bongkahan pada pangkal batang kemaluannya yang besar itu. Pantat John tersebut terus bergerak-gerak dengan liarnya, sambil bibirnya menciumi pundakku yang sudah tidak ditutupi handuk, terengah-engah dan mendengus-dengus, hal ini mengakibatkan batang kemaluannya dan bongkahan tersebut mengesek-gesek pada dinding-dinding vaginaku yang sudah sangat sangat kencang dan sensitif mencengkeram, yang menimbulkan perasaan geli dan nikmat yang amat sangat..sehingga kepalaku tergeleng-geleng ke kiri dan ke kanan dengan tak terkendali dan dengan histeris pantatku kutekan ke belakang merespon perasaan nikmat yang diberikan oleh John, yang tak pernah kualami selama ini.”Ooohh.. tidak..” pikirku, “Aku tak pantas mengalami ini.. aku bukan seorang maniak seks! Aku selama ini tidak pernah nyeleweng dengan siapa pun.. ta.taapii.. sekarang.. ooohh seorang bule? aduuuhh! Tapiii.. ooohh.. enaaaknya.. aghh.. akuuu.. tak dapat menahan ini.. agghh.. aku tak menyadari betapa.. nikmaaatnya penis besar dari seorang bule yang perkasa..! aaaaqhh..!” Akhirnya aku tidak dapat mengendalikan diriku, rasa bersalah kalah oleh kenikmatan yang sedang melanda seluruh tubuhku dari perasaan yang begitu nikmat yang diberikan John padaku, dengan tak sadar lagi aku mendesah mengerang dan mengguman, “Ooohh..John you’re cock is so biiig.. so gooood..! enaaakk.. aaaggh! teruuusss.. puasin aku.. Fuuuck meee Jooohn..” Aku benar-benar sekarang telah berubah menjadi seekor kuda liar, aku betinanya sedang ia kuda jantannya. Perkosaan sudah tidak ada lagi dibenakku, pada saat ini yang yang kuinginkan adalah disetubuhi oleh John senikmat mungkin dan selama mungkin, dan akhirnya aku mengalami orgasme yang pertama yang benar-benar dahsyat, suatu kenikmatan yang tak pernah kualami dengan suamiku selama ini.”Ooohh.. yaa Ooohh.. puasin lagi aku John Ooohh.. setubuhi aku dengan batang kemaluanmu yang begitu besar dan perkasa!..aaaagghhh…!” terasa cairan hangat terus keluar dari dalam tubuhku, membasahi rongga-rongga di dalam lubang kemaluanku. “Aaagghhh.. ooohh.. benar-benar nikmaaaaat..!” keluhku tak percaya, terasa badanku melayang-layang, suatu kenikmatan yang tak terlukiskan. “Aaagghhh!” gerakanku yang liar pada saat mengalami orgasme itu agaknya membuat John merasa nikmat juga, disebabkan otot-otot kemaluanku berdenyut-denyut dengan kuat mengempot batang kemaluannya, mungkin pikirnya ini adalah kuda betina terhebat yang pernah dinikmatinya, hangat.. sempit dan sangat liar, batang kemaluan John yang besar itu mulai membengkak, sementara gerakan-gerakan tekanannya makin cepat saja, kelihatan John akan mengalami orgasme, gerakan-gerakan yang liar dari batang penisnya yang besar itu menimbulkan perasaan ngilu dan nikmat pada bagian dalam vaginaku, membuatku kehilangan kontrol dan menimbulkan perasaan gila dalam diriku, pantatku kugerak-gerakkan ke kiri dan ke kanan dengan liar mengimbangi gerakan sodokan John yang makin cepat saja.”Ooohh.. aaaduuh.. aaaghh! Joooohn..aku mau keluuuuaaar laaaggiii..!!” lenguhan panjang keluar dari mulutku mengimbangi orgasme kedua yang melandaku. Badanku meliuk-liuk dan bergetar dengan hebat kedua kakiku kurapatkan erat erat , kepalaku tertengadah ke atas dengan mulut terbuka dan kedua tanganku mencengkeram kasur dengan kuat sedangkan kedua otot-otot paha mengejang dengan hebat dan kedua mataku terbeliak dengan bagian putihnya yang kelihatan sementara otot-otot dalam kemaluanku terus berdenyut-denyut dan hal ini juga menimbulkan perasaan nikmat yang luar biasa pada John karena batang kemaluannya terasa dikempot kempot oleh lobang vaginaku yang mengakibatkan dia juga mengalami orgasme dan terasa cairan hangat dan kental yang keluar dari batang kejantanannya, rasanya lebih hangat dan lebih kental dan banyak dari punya suamiku, air mani John serasa dipompakan, tak henti-hentinya ke dalam lobang vaginaku, rasanya langsung ke dalam rahimku banyak sekali. Aku dapat merasakan semburan-semburan cairan kental hangat yang kuat, tak putus-putusnya dari air maninya .memompakan benihnya ke dalam kandunganku terus menerus hampir selama 1 menit, mengosongkan air maninya yang tersimpan cukup lama, karena selama ini dia tidak pernah bersetubuh dengan istrinya yang berada jauh dinegaranya. John terus menekan batang kemaluannya sehingga clitorisku ikut tertekan dan hal ini makin memberikan perasaan nikmat yang hebat, yang tak kusangka, tubuhku bergetar lagi merasakan rangsangan dahsyat sampai akhirnya aku mengalami orgasme yang ketiga. Akhirnya aku tertidur dengan nyenyaknya karena letih. Keesokan harinya aku terbangun dengan tubuh yang masih terasa lemas dan terasa tulang-tulangku seakan-akan lepas dari sendi-sendinya, sambil melirik ke arah John yang sedang tertidur lelap kupandangi tubuhnya yang telanjang kekar besar terlihat bulu bulu halus kecoklat coklatan menghias dadanya yang bidang lalu bulu bulu tersebut turun kebawah semakin lebat dan memutari sebuah benda yang tadi malam ‘menghajar’ vaginaku, benda itu masih tertidur tetapi ukurannya bukan main seperti penis suamiku yang sudah tegang maximum. Tiba tiba darahku berdesir, vaginaku terasa berdenyut, “..Oh.. apa yang terjadi pada diriku..?”

linda

Aku bangun kesiangan. Kulirik jam dinding…ah… pukul 8 pagi…Suasana rumahku sepi. Tumben, pikirku. Segera aku meloncat bangun, mencari-cari istri dan anak-anakku..tidak ada…Ahh…baru kuingat, hari Minggu ini ada acara di sekolah anakku mulai jam 9 pagi. Pantas saja mereka sudah berangkat. Istriku sengaja tidak membangunkan aku untuk ikut ke sekolah anakku, karena malamnya aku pulang kantor hampir pukul 4 pagi. Yah, beginilah nasib auditor kalo lagi dikejar tenggat laporan audit. Untung saja, ada anggota timku yang bisa mengurangi keteganganku. Ya, Agnes tentunya, yang semalam telah memberikan servis untukku. Baginya, bersetubuh dengan lelaki lain selain suaminya bukan hal yang tabu, karena dia sendiri juga tidak mempermasalahkan jika suaminya berkencan dengan wanita lain. Prinsip mereka, yang penting pasangan tidak melihat kejadian itu dengan mata kepala sendiri. Aku tersenyum mengingat kejadian semalam. Sebenarnya jam 11 malam kami sepakat untuk pulang kantor, tapi ternyata aku dan Agnes sama-sama lagi horny. Akhirnya, terjadilah seperti yang sudah kuceritakan diatas. Tak terasa, aku mulai horny lagi. tongkolku pelan-pelan mengangguk-angguk dan mulai mengacung. “Walah…repot bener nih, pikirku. “Lagi sendiri, eh ngaceng.” Kebetulan, di rumah tidak ada pembantu, karena istriku, Indah, lebih suka bersih-bersih rumah sendiri dibantu kedua anakku. “Biar anak-anak gak manja dan bisa belajar mandiri. Lagian, bisa menghemat pengeluaran,” kilah istriku. Aku setuju saja. Kurebahkan tubuhku di sofa ruang tengah, setelah memutar DVD BF. Sengaja kusetel, biar hasratku cepet tuntas. Setelah kubuka celanaku, aku sekarang hanya pakai kaos, dan tidak pakai celana. Pelan-pelan kuurut dan kukocok tongkolku. Tampak dari ujung lubang tongkolku melelehkan cairan bening, tanda bahwa birahiku sudah memuncak. Aku pun teringat Linda, sahabat istriku. Kebetulan Linda berasal dari suku Chinese. Dia adalah sahabat istriku sejak dari SMP hingga lulus kuliah, dan sering juga main kerumahku. Kadang sendiri, kadang bersama keluarganya. Ya, aku memang sering berfantasi sedang menyetubuhi Linda. Tubuhnya mungil, setinggi Agnes, tapi lebih gendut. Yang kukagumi adalah kulitnya yang sangat-sangat-sangat putih mulus, seperti warna patung lilin. Dan pantatnya yang membulat indah, sering membuatku ngaceng kalo dia berkunjung. Aku hanya bisa membayangkan seandainya tubuh mulus Linda bisa kujamah, pasti nikmat sekali. Fantasiku ini ternyata membuat tongkolku makin keras, merah padam dan cairan bening itu mengalir lagi dengan deras. Ah Linda…seandainya aku bisa menyentuhmu..dan kamu mau ngocokin tongkolku..begitu pikiranku saat itu. Lagi enak-enak ngocok sambil nonton bokep dan membayangkan Linda, terdengar suara langkah sepatu dan seseorang memanggil-manggil istriku. “Ndah…Indah…aku dateng,” seru suara itu… Oh my gosh…itu suara Linda…mau ngapain dia kesini, pikirku. Kapan masuknya, kok gak kedengaran? Linda memang tidak pernah mengetuk pintu kalau ke rumahku, karena keluarga kami sudah sangat akrab dengan dia dan keluarganya. Belum sempat aku berpikir dan bertindak untuk menyelamatkan diri, tau-tau Linda udah nongol di ruang tengah, dan… “AAAHHH…ANDREEEEW…!!!!,”jeritnya. “Kamu lagi ngapain?” “Aku…eh…anu…aku….ee…lagi…ini…,”aku tak bisa menjawa pertanyaannya. Gugup. Panik. Sal-ting. Semua bercampur jadi satu. Orang yang selama ini hanya ada dalam fantasiku, tiba-tiba muncul dihadapanku dan straight, langsung melihatku dalam keadaan telanjang, gak pake celana, Cuma kaos aja. Ngaceng pula. “Kamu dateng ok gak ngabarin dulu sih?” aku protes. “Udah, sana, pake celana dulu!” Pagi-pagi telanjang, nonton bf sendirian,lagi ngapain sih?”ucapnya sambil duduk di kursi didepanku. “Yee…namanya juga lagi horny…ya udah mending colai sambil nonton bf. Lagian anak-anak sama mamanya lagi pergi ke sekolah. Ya udah, self service,”sahutku. “Udah, Ndrew. Sana pake celana dulu. Kamu gak risih apa?” “Ah, kepalang tanggung kamu dah liat? Ngapain juga dtitutupin? Telat donk,”kilahku. “Dasar kamu ya. Ya, udah deh, aku pamit dulu. Salam aja buat istrimu. Sana, terusin lagi.” Linda beranjak dari duduknya, dan pamit pulang. Buru-buru aku mencegahnya. “Lin, ntar dulu lah…,”pintaku. “Apaan sih, orang aku mau ngajak Indah jalan, dia nggak ada ya udah, aku mau jalan sendiri,”sahutnya. “Bentar deh Lin. Tolongin aku, gak lama kok, paling sepuluh menit,”aku berusaha merayunya. “Gila kamu ya!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”Linda protes sambil melotot. “Kamu jangan macem-macem deh, Ndrew. Gak mungkin donk aku lakukan itu,”sergahnya. “Lin,”sahutku tenang. “Aku gak minta kamu untuk melakukan hal itu. Enggak. Aku Cuma minta tolong, kamu duduk didepanku, sambil liatin aku colai.” “Gimana?” Linda tidak menjawab. Matanya menatapku tajam. Sejurus kemudian.. “Ok, Lin. Aku janji gak ndeketin apalagi menyentuh kamu. Tapi, sebelum itu, kamu juga buka bajumu dong…pake BH sama CD aja deh, gak usah telanjang. Kan kamu dah liat punyaku, please?” aku merayunya dengan sedikit memelas sekaligus khawatir. “Hm…fine deh. Aku bantuin deh…tapi bener ya, aku masih pake BH dan CDku dan kamu gak nyentuh aku ya. Janji lho,”katanya. “Tapi, tunggu. Aku mau tanya, kok kamu berani banget minta tolong begitu ke aku?” ”Yaaa…aku berani-beraniin…toh aku gak nyentuh kamu, Cuma liat doang. Lagian, kamu dah liat punyaku? Trus, aku lagi colai sambil liat BF…lha ada kamu, kenapa gak minta tolong aja, liat yang asli?”kilahku. “Dasar kamu. Ya udah deh, aku buka baju di kamar dulu.” “Gak usah, disini aja,”sahutku. Perlahan, dibukanya kemejanya…dan…ah payudara itu menyembul keluar. Payudara yang terbungkus BH sexy berwarna merah…menambah kontras warna kulitnya yang sangat putih dan mulus. Aku menelan ludah karena hanya bisa membayangkan seperti apa isi BH merah itu. Seteah itu, diturunkannya zip celana jeansnya, dan dibukanya kancing celananya. Perlahan, diturunkannya jeansnya…sedikit ada keraguan di wajahnya. Tapi akhirnya, celana itu terlepas dari kaki yang dibungkusnya. Wow…aku terbelalak melihatnya. Paha itu sangat putih sekali. Lebih putih dari yang pernah aku bayangkan. Tak ada cacat, tak ada noda. Selangkangannya masih terbungkus celana dalam mini berbahan satin, sewarna dengan Bhnya. Sepertinya, itu adalah satu set BH dan CD. “Nih, aku udah buka baju. Dah, kamu terusin lagi colinya. Aku duduk ya.” Linda segera duduk, dan hendak menyilangkan kakinya. Buru-buru aku cegah. “Duduknya jangan gitu dong…” “Ih, kamu tuh ya…macem-macem banget. Emang aku musti gimana?”protes Linda. “Nungging, gitu?” ”Ya kalo kamu mau nungging, bagus banget,”sahutku. “Sori ye…emang gue apaan,”cibirnya. “Kamu duduk biasa aja, tapi kakimu di buka dikit, jadi aku bisa liat celana dalam sama selangkanganmu. Toh veggy kamu gak keliatan?”usulku. “Iya…iya…ni anak rewel banget ya. Mau colai aja pake minta macem-macem,”Linda masih saja protes dengan permintaanku. “Begini posisi yang kamu mau?”tanyanya sambil duduk dan membuka pahanya lebar-lebar. “Yak sip.” Sahutku. “Aku lanjut ya colinya.” Sambil memandangi tbuh Linda, aku terus mengocok tongkolku, tapi kulakukan dengan perlahan, karena aku nggak mau cepet-cepet ejakulasi. Sayang, kalau pemandangan langka ini berlalau terlalu cepat. Aku pun menceracau, tapi Linda tidak menanggapi omonganku. “Oh…Liiiinnn….kamu kok mulus banget siiiihhh….”aku terus menceracau. Linda menatapku dan tersenyum. “Susumu montok bangeeeettttt… pahamu sekel dan putiiiihhhh….hhhhh….bikin aku ngaceng, Liiiiiinnn……” Linda terus saja menatapku dan kini bergantian, menatap wajahku dan sesekali melirik ke arah tongkolku yang terus saja ngacai alias mengeluarkan lendir dari ujung lobangnya. “Pantatmu, Liiiinnn….seandainya kau boleh megang….uuuuhhhhh….apalagi kena tongkolku….oouuufff…..pasti muncrat aku….,”aku merintih dan menceracau memuji keindahan tubuhnya. Sekaligus aku berharap, kata-kataku dapat membuatnya terangsang. Linda masih tetap diam, dan tersenyum Matanya mulai sayu, dan dapat kulihat kalo nafasnya seperti orang yang sesak nafas. Kulirik ke arah celana dalamnya…oppsss….aku menangkap sinyal kalo ternyata Linda juga mulai ternagsang dengan aktivitasku. Karena celana dalamnya berbahan satin dan tipis, jelas sekali terlihat ada noda cairan di sekitar selangkannya. Duduknya pun mulai gelisah. Tangannya mulai meraba dadanya, dan tangan yang satunya turun meraba paha dan selangkangannya. Tapi Linda nampak ragu untuk melakukannya. Mungkin karena ia belum pernah melakukan ini dihadapan orang lain. Kupejamkan mataku, agar Linda tau bahwa aku tidak memperhatikan aktivitasku. Dan benar saja…setelah beberapa saat, aku membuka sedikit mataku, kulihat tangan kiri Linda meremas payudaranya dan owww…BH sebelah kiri ternyata sudah diturunkan… Astagaaa..!!! Puting itu merah sekali…tegak mengacung. Meski sudah melahirkan, dan memiliki satu anak, kuakui, payudara Linda lebih bagus dan kencang dibandingkan Agnes. Kulihat tangan kiri Linda memilin-milin putingnya, dan tangan kanannya ternyata telah menyusup ke dalam celana dalamnya. “Sssshh….oofff….hhhhhh…..:” Kudengar suaranya mendesis seolah menahan kenikmatan. Aku kembali memejamkan mataku dan meneruskan kocokan pada tongkolku sambil menikmati rintihan-rintihan Linda. Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang hangat…basah…lembut…menerpa tongkol dan tanganku. Aku membuka mata dan terpekik. “Lin…kamu…,”leherku tercekat. “Aku nggak tega liat kamu menderita, Ndrew,”sahut Linda sambil membelai tongkolku dengan tangannya yang lembut. My gosh…perlahan impin dan obsesiku menjadi kenyataan. tongkolku dibelai dan dikocok dengan tangan Linda yang putih mulus. Aku mendesis dan membelai rambut Linda. Kemudian secara spontan Linda menjilat tongkolku yang sudah bene-bener sewarna kepiting rebus dan sekeras kayu. Dan…hap…! Sebuah kejadian tak terduga tetapi sangat kunantikan…akhirnya tongkolku masuk ke mulutnya. Ya, tongkolku dihisap Linda. Sedikit lagi pasti aku memperoleh lebih dari sekedar cunilingis. Tak tahan dengan perlakuan sepiha Linda, kutarik pinggulnya dan buru-buru kulepaskan Cdnya. “Kamu mau ngapain, Ndrew?” Linda protes sambil menghentikan hisapannya. Aku tidak menjawab, jariku sibuk mengusap dan meremas pantat putih nan montok, yang selama ini hanya menjadi khayalanku. “Ohh..Lin…boleh ya aku megang pantat sama memiaw kamu?”pintaku. “Terserah…yang penting kamu puas.” Segera kuremas-remas pantat Linda yang montok. Ah, obsesiku tercapai…dulu aku hanya bisa berkhayal, sekarang, tubuh Linda terpampang dihadapanku. Puas dengan pantatnya, kuarahkan jariku turun ke anus dan vaginanya. Linda merintih menahan rasa nikmat akibat usapan jariku. “Achh…Liiiinn…enak bangeeeeett….sssshhh…….”aku menceracau menikmati jilatan lidah dan hangatnya mulut Linda saat mengenyot tongkolku. Betul-betul menggairahkan melihat bibir dan lidahnya yang merah menyapu lembut kepala dan batang kelelakianku. Hingga akhirnya…. “Liiinn….bibir kamu lembut banget sayaaaannggg….aku…kach…aku…” “Keluarin sayang…tongkol kamu udah berdenyut tuh….udah mau muncrat yaaa….” “I…iiy…iiyyaaa….Liiiiinnnnnnnnn….Ouuuuufuffffff….. argggghhhhhhhhhh…..” Tak dapat kutahan lagi. Bobol sudah pertahananku. Crottt…..crooottt….crooootttt… Spermaku muncrat sejadi-jadinya di muka, bibir dan dada Linda. Tanganhalus Linda tak berhenti mengocok batang kejantananku, seolah ingin melahap habis cairan yang kumuntahkan Ohhhh…….my dream come true….. Obsesiku tercapai…pagi ini aku muncratin pejuhku di bibir dan muka Linda. “Lin…kamu gak geli sayang…? Bibir, muka sama dada kamu kenas permaku?” Linda menggeleng dengan pandangan sayu. Tangannya masih tetap memainkan tongkolku yang sedikit melemas. “Kamu baru pertam kali kan, mainin koto orang selain suami kamu?” “Iya, Ndrew. Tapi kok aku suka ya…terus terang, bau sperma kamu seger banget…kamu rajin maka buah sama sayur ya?” tanya Linda. “Iya…kalo gak gitu, Indahmana mau nelen sperma aku.” “Aihhh….” Linda terpekik. “Indah mau nelen sperma?” Aku mengangguk. “Keapa Lin? Penasaran sama rasanya? Lha itu spremaku masih meleleh di muka sama dada kamu. Coba aja rasanya,”sahutku. “Mmmm…ccppp…ssllrppp….” terdengar lidah dan bibir Linda mengecap spermaku. Dengan jarinya yang lentik, disapunya spermaku yang tumpah didada dan mukanya, kemudian dijilatnyajarinya smape bersih.Hmmm….akhirnya spermaku masuk kedalam tubuhnya… “Iya, Ndrew, sperma kamu kok enak ya. Aku gak ngerasa enek pas nelen sperma kamu…” ”Mau lagi….?” “Ih…kamu tuch ya…masih kurang, Ndrew?” “Lha kan baru oral belum masuk ke meqi kamu, Lin.” Sahutku…”Tuh, liat…bangun lagi kan?” “Dasar kamu ya….” ”Benerkamu gak mau spermaku ? Ya udah kalo gitu, aku mau bersih-bersih dulu.”ancamku sambil bangkit dari kursi. “Mau sih…Cuma takut kalo Indah dateng…gimana donk….”Linda merajuk. Perlahan kuhampiri Lida, kuminta dia duduk di sofa, sambil kedua kakiya diangkat mengangkang. Kulihat meqinya yang licin karena cairan cintanya meleleh akibat perbuatan jariku. “Hmmm…Lin…meqi kamu masih basah…kamu masih horny dong…”tanyaku. “Udah, Ndrew….cepetan deh…nanti istrimu keburu dateng…Lagian aku udah…Auuuwwww….!!!! Ohhh..Shhhhh…….”Linda memiawik saat lidahku menari diujung klitorisnya. “Ndrewwww…kamu gilaaa yaaa…”bisiknya samil menjambak rambutku. Kumainkan lidahku dikelentitnya yang udah membengkak. Jari ku menguak bibir vagina Linda yang semakin membengkak. Perlahan kumasukkan telunjukku, mencari G-spotnya. Akibatnya luar biasa. Linda makin meronta dan merintih. Jambakannya makin kuat. Cairan birahinya makin membasahi lidah dan mulutku. Tentu saja hal ini tak kusia-siakan. Kusedot kuat agar aku dapat menelan cairan yang meleleh dari vaginanya. Ya…aroma vagina Linda lain dengan aroma vagina istriku. Meskipun keduanya tidak berbau amis, tapi ada sensasi tersendiri saat kuhirup aroma kewanitaan Linda. “C’mon..Ndrew…I can’t stand…ochhh…ahhhhhh…shhhh……c’mon honey….quick…quick….” Aku paham, gerakan pantt Linda makin liar. Makin kencang. Kurasakan pula meqinya mulai berdenyut…..seentar lagi dia meledak, pikirku. “Ting…tong…”bel rumahku berbunyi. “Mas…..mas Andrew….”suara wanita didepan memanggil namaku. Sontak kulepaskan jilatanku. Linda memandang wajahku dengan wajah pucat. Aku pun memandang wajahnya dengan jantung berdebar. “Ndrew..kok kyaka suara Rika ya…”Linda bertanya “Wah..mau ngapain dia kesini…..gawat dong…”ucapku ketakutan. “Udah Lin, kamu masuk kamarku dulu deh…cepetan…” Segera Linda berjingkat masuk ke kamarku, mungkin sekalian membersihkan tubuhnya karena dikamarku ada kamar mandi. Aku tau ada sebersit ekspresi kecewa di wajahnya, karena Linda hampir meledakkan orgasmenya, yang terputus oleh kedatangan Rika, sahabatnya sekaligus sahabat istriku. Setelah kupakai kaos dan celana yang kuambil dari lemari dan cuci muka sedikit, aku menuju ke ruang tamu, membuka pintu. “Halo, mas….’Pa kabar..?” sahut Rika begitu melihatku membuka pintu. “Baik, dik. Ayo masuk dulu. Tumben nih pagi-pagi, kayaknya ada yang penting?” tanyaku seraya mengajak Rika menuju ruang tengah. Mataku sedikit terbelalak melihat pakaiannya. Bagaimana tidak? Kaos ketat menempel dibadannya, dipadukan dengan celana spandex ketat berwarna putih. Aku melihat lipatan cameltoe di selangkangannya menandakan bahwa didaerah itu tidak ada bulu jembutnya, dan saat aku berjalan dibelakangnya, tak kulihat garis celana dalam mebayang di spandexnya. Hmm…mana mungkin dia gak pake CD..mungkin pake G-string, pikirku. Kami berdua segera menuju ruang tengah. Untung saja, film bokep yang aku setel udah selesai, jadi Rika nggak sempat melihat film apa yang tengah aku setel. “Ini lho mas, aku mau anter oleh-oleh. Kan kemarin aku baru dateng dari Jepang. Nah, ini aku bawain ….sedikit bawaan lah, buat kamu sama Indah. Itung-itung membagi kesenangan.” “Wah…tengkyu banget lho…kamu baik banget” “Ah, biasa aja lageee..hehehe” Kami berdua sejenak ngobrol-ngobrol, karena memang sudah beberapa bulan Rika nggak berkunjung ke rumahku. Rika ini adalah salah satu sahabat istriku, selain Linda . Diam-diam, akupun juga terobsesi dapat menikmati tubuhnya. Ya, Rika seorang wanita yang mungil. Tinggi badannya nggak lebih dari 155cm. Bandingkan dengan tinggiku yang 170. Warna kulitnya putih, tapi cenderung kemerahan. Hmm..aku sering berkhayal lagi ngent*tin Rika, sambil aku gendong dan aku rajam memiawnya dengan tongkolku. Pasti dia merintih-rintih menikmati hujaman tongkolku… “Hey…bengong aja…ngeliatin apa sih..” tegur Rika. “Eh…ah…anu…enggak. Cuma lagi mikir, kapan ya gw bisa jalan-jalan sama kamu…” Eits..kok ngomongku ngelantur begini sih. Aduh…gawat deh… “Alaaa..mikirin jalan-jalan apa lagi ngeliatin sesuatu?” Rika melirikku dengan pandangan menyelidik. Mati aku…berarti waktu aku ngeliatin bodynya, ketahuan dong kalo aku melototin selangkangannya. Wah…. “Ya udah, mas. Aku pamit dulu, abis Indah pergi. Lagian,dari tadi kamu ngeliatin melulu. Ngeri aku…ntar diperkosa sama kamu deh..hiyyy…” Rika bergidik ambil tertawa. Aku Cuma tersenyum. “Ya udah, kalo kamu mau pamit. Aku gak bisa ngelarang.” “Aku numpang pipis dulu ya.”Rika menuju kamar mandi di sebelah kamarku. “Iya.” Tepat saatRika masuk kamar mandi, sambil berjingkat Linda keluar dari kamarku. Aku terkejut, dan segera menyuruhnya masuk lagi, karena takut ketahuan. Ternyata CD Linda ketinggalan di kursi yang tadi didudukinya waktu sedang aku jilat memiawnya. Astagaaa…untung Rika nggak ngeliat…atu jangan-jangan dia udah liat, makanya sempat melontarkan pandangan menyelidik? Entahlah… “Cepeeeett..ambil trus ke kamar lagi.”perintahku sambil berbisik. Linda mengangguk, segera menyambar Cdnya dan… “Ceklek….!” Pintu kamar mandi terbuka, dan saat Rika keluar, kulihat wajahnya terkejut melihat Linda berdiri terpaku dihadapannya sambil memegang celana dalamnya yang belum sempat dipakainya. Ditambah keadaan Linda yang hanya memaki kaos, tetapi dibawah tidak memakai celana jeansnya. Akupun terkejut, dan berdiri terpaku. Hatiku berdebar, tak tahu apa yang harus kuperbuat atau kuucapkan. Semuanya terjadi dalam waktu yang sangat singkat dan tak terelakkan. Kepalaku terasa pening. “Linda…? Kamu lagi ngapain?” Rika bertanya dengan wajah bingung campur kaget. “Eh…anu…ini lho…”kudengar Linda gelagapan menjawab pertanyaan Rika. “Kok kamu megang celana dalem? Setengah telanjang lagi?” selidik Rika. “Oo…aku tau…pasti kamu berdua lagi berbuat yaaa…?” “Enggak Rik. Ngaco kamu, orang Linda lagi numpang dandan di kamarku kok.” Sergahku membela diri. “Trus, kalo emang numpang dandan, ngapain dia diruangan ni, pake bawa celana dalem lagi.” Udah gitu telanjang juga..Hayo!!!” Rika bertanya dengan galak. “Sini liat.” Rika menghampiri Linda dan cepat merebut celana dalam yang dipegang Linda, tanpa perlawanan dari Linda. “Kok basah…?”Rika mengerutkan keningnya. “Nhaaaaa..bener kan…hayooooo….kamu ngapain…?” ”udah deh, Rik…emang bener, aku lagi mau ML sama Linda. Belum sempet aku ent*t, sih. Baru aku jilat-jilat memiawnya, keburu kamu dateng.” Aku menyerah dan memilih menjelaskan apa yang barusan aku lakukan. “Kamu tuh ya…udah punya istri masih doyan yang lain. Ini cewek juga sama aja, gatel ngeliat suami sahabatnya sendiri.” Rika memaki kami berdua dengan wajah merah padam. “Terserah kamu lah…kamu mau laporin aku sama Linda ke polisi…silakan. Mau laporin ke Indah…terserah….”ucapku pasrah. “Hmm…kalo aku laporin ke Indah…kasian dia. Nanti dia kaget.Kalo ke polisi….ah…ngrepotin.” Rika meninmbang-nimbang apa yang hendak dilakukannya. “Gini aja mas. Aku gak laporin ke mana-mana. Tapi ada syaratnya.” Rika memberikan tawarannya kepadaku. “Apa syaratnya, Rik?” “Nggak berat kok. Gampang banget dan mudah.” “Iya, apaan syaratnya?” Linda ikut bertanya “Terusin apa yang kamu berdua tadi lakuin. Aku duduk disini, nonton. Bagaimana?” “WHAT?” aku dan Linda berteriak bebarengan. “Gila lu ya, masa mau nonton orang lagi ML?” “Ya terserah kamu.Mau pilih mana…?”Rika mencibir dengan senyum kemenangan. Aku dan Linda saling berpandangan. Kuhampiri Linda, kubelai tangan dan rambutnya. Linda seolah memahami dan menyetujui syarat yang diajukan Rika. Segera saja kulumat bibirnya yang ranum dan tanganku meremas pantatnya yang sekel. Linda segera membuka kaosnya. Sambil terus berciuman dan meremas pantatnya, kubimbing Linda menuju sofa. Kurebahkan ia disana, dan dengan cekatan dilepaskannya kaos dan celana ku sehingga aku sekarang telanjang bulat di hadapan Linda dan Rika. Aku melirik Rika, yang duduk menyilangkan kakinya. Kulihat wajahnya menegang seperti tegangnya tongkolku. Aku tersenyum-senyum kearahnya, sambil memainkan dan mengocok-ngocok tongkolku, seolah hendak memamerkan kejantananku. “Ayo, ndrew…cepetan deh…udah gak tahan, honey…”Linda merintih. “Biarin aja si Rika…paling dia juga udah basah.” “Enak aja kamu bilang.”sergah Rika. “Udah buruan, aku pengen liat kayak apa sih kalian kalo ML.” Aku menatap mata Linda yang mulai sayu dan tersenyum. Setelah melepas seluruh pakaiannya, sempurnalah ketelanjangbulatan kami berdua. Tak sabar, segera kusosor memiaw Linda yang sangat becek oleh lendir birahinya. “Achhhh….sshhhh….ooouufffffggg…Andreeeeewwwwww….”L inda menjerit dan mengerang menerima serangan lidahku. Pantatnya tersentak keatas, mengikuti irama permainan lidahku. Hmmm…nikmat sekali. memiawnya berbau segar, tanda bahwa memiaw ini sangat terawat. Dan yang membutku girang adalah lendir memiawnya yang meleleh deras, seiring dengan makin kuatnya goyangan pinggulnya. “Hmmmppppppff…Andrew…Andrew…sayaaaanngg.. akh…akh…akkkkkuu…”Linda terus merintih. Nafasnya tersengal-sengal, seolah ada sesuatu yang mendesaknya. ‘Akku……mmmhhhhh…ssshhh….” “Keluarin sayang….keluarin yang banyak…..”aku berbisik sambil jari tengahku terus mengocok memiawnya, dan jempolku menggesek itilnya yang sudah sangat keras. Baik itil maupun memiaw Linda sudah benar-benar berwarna merah, sangat basah akibat lendirnya yang meleleh, hingga membasahi belahan pantat dan sofa. Segera aktivitas tanganku kuganti dengan jilatan lidahku lagi. Hal ini membuatpaha Linda menegang, tangannya menjambak rambutku, sekaligus membenamkan kepalaku ditengah jepitan pahanya yang menegang. Aku merasakan memiawnya berdenyut, dan ada lelehan cairan hangat menerpa bibirku. “ANDREEEEEEWWWWWWW…..AAAAACCCCHHHHHHHHH……”Lin da menjerit keras sekali, menjepit kepalaku dengan pahanya, menekan kepalaku di selangkangannya dan berguncang hebat sekali. Tak kusia-siakan lendir yang meleleh itu. Kusedot semuanya, kutelan semuanya. Ya, aku tidak mau membuang lendir kenikmatan Linda. Sedotanku pada memiawnya membuat guncanganLinda makin keras…dan akhirnya Linda terdiam seperti orang kejang. Tubuhnya kaku dan gemetaran. “Oooohhhh…Ndreww…aaachhh…..”Linda menceracau sambil gemetaran. “Enn..en….Nik…mat…bangeth….sssse….dothan…sama jhiilatan kkk…kamu…” Kulihat Linda tersenyum dengan wajah puas. Segera kuarahkan bibrku melumat putingnya yang keras dan kemerahan. Meskipun sudah melahirkan dan menyusui dua anak, payudara Linda sangat terawat, kencang. Dan putingnya masih berwwarna kemerahan. Siapa lelaki yang tahan melihat warna putting seperti itu, apalgi sekarang puting merah itu benar-benar masih keras dan mengacung meski pemiliknya barusan menggapai orgasme. “Shhh…Dreeewwww…iihhhh…geli….” Lnda menggelinjang saat kuserbu putingnya. Aku tidak mempedulikan rintihannya. Kulumat putingnya dengan ganas sehingga badan Linda mulai mengejang lagi. “Acchhh….Andreww….sayaaaannggg…”Linda merintih. “Terus sayang…iss…ssseeeppp…pen….til…kuhh…ooofffffhhhhhhh hh……” Tanpa aba-aba, segera kusorongkan tongkolku yang memang sudah mengeras seperti kayu ke memiaw Linda. Blessss……. “Ahhhhkkk…..mmmmppppfff…..ooooooggggghhhh….”p antat Linda tersentak kedepan, seiring dengan menancapnya tongkolku di mekinya. Kutekan tongkolku makin dalam dan kuhentikan sejenak disana. Terasa sekali memiaw Linda berkedut-kedut, walaupun tergolong super becek. “Ayo, nDrew…..gocek tongkol kamuh….akk….kkuuuu….udah mau…keluarrrrr…laggiiiihhh…”Linda merintih memohon. Segera kugocek tongkolku dengan ganas. “crep.crep…cplakkk….cplaakkkk…cplaakkkk ….” suar gesekan tongkolku dengan memiaw Linda yang sudah basah kuyup nyaring terdengar. Tak lupa kulumat bibirnya yang ranum, dan tanganku menggerayang memilin menikmati payudara dan putingnya. Sesaat kemudian kulihat mata Lnda terbalik, Cuma terlihat putihnya. Kakinya dilipat mengapit pinggul dan pantatku. Tangannya memeluk ubuhku erat. “AN…DREEEWWWW…….OOOOGGGHHHH…>AAAKKKKKKKKKK KK….” Linda menjerit keras dan sekejap terdiam. Tubuhnya bergetar hebat. Terasa di tongkolku denyutan memiaw Linda…sangat kuat. Berdenyut-denyut, seolah hendak memijit dan memaksa spermaku untuk segera mengguyur menyiram memenya yang luar biasa becek. Makin kuat kocokan tongkolku didalam memiaw Linda, makin kencang pula pelukannya. Nafas Linda tertahan, seolah tidka ingin kehilangan moment-moment indah menggapai puncak kenikmatan. Karena denyutan memiaw Linda yang membuatku nikmat, ditambah rasa hangat karena uyuran lendir memiawnya, aku pun tak tahan. Ditambah ekspresi wajahnya yangmemandang wajahku dengan mata sayu namun tersirat kepuasan yang maat sangat. “Ayo nDrew…keluarin pejuh kamu…keluarin dimemiawku….”Linda memohon. “Kamu gak papa aku tumpahin pejuh di rahim kamu?”tanyaku sambil terengah-engah. “No problem honey…aku safe kok….”sahut Linda. “C’mon honey..shot your sperm inside…c’mon honey….” LIN……LINDAAAA…..LINDAAAAAAAA….ARGGGGGGHHHHH…”aku merasakan pejuhku mendesak. Kupercepat kocokanku, dan Linda juga mengencangkan otot memiawnya, berharap agar aku cepet muncrat. AAACCHHHHHHH………..” Jrrrrrooooooooootttt…..jrrrrooooooooottttt..jrrrro ooooottttt…..tak kurang dari tujuh kali semprotan pejuhku. Banyak sekali pejuh yang kusemprotkan ke rahim Linda, sampai-sampai ia tersentak. Kubenamkan dalam-dalam tongkolku, hingga terasa kepalaku speerti memasuki liang kedua.Ah….ternyata tongkolku bisa menembus mulut rahimnya. Berarti pejuhku langsung menggempur rahimnya. Ohhh…nDrreeeww…enak sayang….nikmat, sayaaannggg…offffffghhhh……” Linda merintih lagi. “Uggghhh…hangat sekali pejuh kamu, Ndrew…” ucap Linda. Setelah beristirahat sejenak dengan menancapkan tongkolku dalam-dalam, secara mendadak kucabu tongkolku. “Plllookkkkk….” Kupandangi memiaw Linda yang masih membengkak dan merah denganlubang menganga. Linda segera mengubah posisi duduknya dan…ceeerrrrrr……pejuhku meleleh. Segera saja jemari Linda meraih dan mengorek bibir memiawnya, menjaga agar pejuhku tidak tumpah kesofa. Akibatnya, telapak tangan Linda belepotan penuh dengan pejuhku yang telah bercampur lendir memiawnya. Dengan pejuh di telapak tangan kanannya, Linda menggunakan jari tangan kirinya,mengorek memiawny untuk membersihkan memiawnya dari sisa pejuhku. “Brani kam telen lagi?” tantangku. “Idih…syapa takut….”Linda balas menantangku. “Nih liat ya….” Clep…dijilatnya telapak tangan yang penuh pejuhku… “MMmmmm….slrrpppp….glek….aachhhh….” Linda nampak puas menikmati pejuh ditangannya. “Hari ini kenyang sekali aku…sarapan pejuh kamu duakali..hihihihi…”Linda tertawa geli. “Tuh…masih ada sisanya ditangan. Mbelum bersih.” Sahutku. “Tenang, nDrew..sisanya buat…ini.” Sambil berkata begitu, Linda mengambil sebagian pejuhku dan mengusapkannya diwajahnya. “Bagus lho buat wajah…biar tetep mulus…”sahut Linda sambil mengerling genit. “Astagaaaa….kamu tuh, Lin…diem-diem ternyata…”kataku terkejut. “Kenapa…? Kaget ya?” “Diem-diem, muka alim..tapi kalo urusan birahi liar juga ya..” “Ya iyalaaahhh..hare gene, Ndrew…orang enak kok ditolak.” ”Tau gitu tadi aku semprot di uka kamu aja ya..” sesalku “Iya juga sih..sebenernya aku pengen kamu semprot. Cuman aku dah gak bisa ngomong lagi…nahan enak sih..lagian aku pengen ngerasain semprotan pejuh kamu di memiawku.” Linda tersenyum “Eh, Ndrew…ssstttt…coba liat tuh…jailin yuk…..”ajak Linda Ya ampuuunnnn…aku lupa bahwa aktivitasku tengah diamat Rika. Segera kulirik Rika, yang ternyata tanpa kami sadari tengah beraktivitas sendiri. Tangannya menggosok-nggosok sapndexnya, yang mulai membasah. Kulihat lekukan cameltoenya makinbesar, lebih besar dari yang kulihat diruang tamu. Pertanda bahwa Rika juga telah dilanda birahi.

pembantuku

Pengalamanku saat aku baru menikah 1 tahun, saat itu aku sudah berumah tangga sendiri, karena istriku juga bekerja maka kita mengambil seorang pembantu melalui biro jasa. Pembantuku masih muda sekali usianya kira-kira 16 tahun hanya kulitnya agak putih dan bersih. Dia sampai saat terjadinya kejadian ini sudah bekerja kira-kira 6 bulan. Saat itu aku ada keperluan mengambil surat-surat yang tertinggal di rumah, pembantuku Sutini namanya tapi panggilannya Tini yang membukakan pintu. Karena aku mencari surat yang tertinggal agak lama maka pintu ditutup lagi oleh Tini dan Tini kelihatannya langsung mandi. Akhirnya aku temukan suratku itu, tapi karena Tini masih mandi maka aku tunggu sebentar untuk menutup pintu depan. Aku duduk di pinggir tempat tidur, memang jendela kamarku menghadap ke belakang sehingga bisa lihat kebun juga kamar serta kamar mandi pembantu yang letaknya di belakang kebun menghadap jendela kamarku. Pintu kamar mandinya kemudian terbuka dan Tini keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk dililitkan ke tubuhnya. Mungkin dianggap rumah sepi tak ada yang tahu jadi dia berani begitu pikirku. Diam-diam aku perhatikan terus, Tini memasukkan pakaian kotornya ke ember cucian dan kemudian balik masuk ke kamarnya. Kamarnya juga tidak ditutup, Tini kelihatan mengambil pakaian dari lemarinya. Lalu Tini melepas handuknya dan mengeringkan lagi tubuhnya. Wah, terlihat sekali badannya yang langsing dan putih bersih dengan buah dadanya yang hanya kecil dengan puting warna merah jambu serta kemaluannya yang masih belum ditumbuhi rambut sedikitpun. Kemudian Tini memakai BH-nya yang tanpa spons dan CD yang mini, lalu memakai rok bawahan dan kaos. Melihat tubuh yang kecil, bersih dan indah itu nafsuku bergairah. Setelah Tini selesai menyisir rambutnya yang pendek ala Yuni Sara dan membedaki mukanya, aku langsung panggil dia. “Tin” “Iya pak”. “Aku tolong pijit sebentar leher dan kepalaku sebab pusing”, sambil aku duduk di kursi makan. Kemudian Tini memijit leherku, walaupun kecil tubuhnya tapi pijitannya cukup mantap. Habis memijat leher, aku minta mijit bagian dahi dan pelipis kiri dan kanan. Tini mulai memijitnya, tapi karena kepalaku goyang-goyang lalu kepalaku tiba-tiba ditariknya ke belakang dan disandarkan ke dadanya. Aku jadi semakin greng walaupun buah dadanya kecil sehingga aku hanya merasakan sandarannya agak empuk. Ulahnya membuat penisku mulai bangun sedikit-sedikit, aku jadi penasaran lalu kucoba tanganku kuturunkan dan menyentuh kakinya. Ternyata Tini diam saja tak bereaksi negatif. Lalu kuberanikan untuk meraba pahanya, ternyata Tini tetap diam saja dengan memijit dahiku terus. Rabaanku kuteruskan dengan 2 tangan di paha kiri dan kanan sambil kupijit pahanya dan tangan kananku terus merambat ke atas sampai ke kemaluannya yang tertutup celana dalam. Saat itu Tini masih diam terus, lalu jariku coba kususupkan kedalam CD-nya untuk mengutak-atik lubang kemaluannya, saat itu Tini mulai mendesis dan menggoyangkan pantatnya, “Sseett.. aduh Pak geli kena kelentitku”. Tetapi karena Tini tidak lari dan tetap memijitku terus maka pekerjaan tangan itu tak berhenti dan terus berjalan sampai akhirnya tangannya lepas tak memijit lagi dan memegang lenganku erat-erat sambil berbisik, “Pak.. pak.. Tini nggak tahan minta yaak pak?” “Minta apa Tin?” tanyaku. Tini tak menjawab hanya memberi kode dengan tangannya yang digenggam dengan jempolnya dijepit antara jari tengah dan telunjuk, yang berarti minta disetubuhi. “Katanya kamu masih gadis”, kataku. Tini lalu cerita, dia sudah dijodohkan di desa kira-kira tahun yang lalu. Pada saat pulang Lebaran kemarin, dia sudah digauli oleh pacarnya itu sampai beberapa kali. “Karena sudah merasakan digauli itu, Tini jadi sering kepingin begitu lagi sekarang” katanya. Dia cerita lagi, “Apalagi Tini sering lihat bapak dan ibu kalau main, jadi nafsu Tini sering bergelora.” “Darimana kamu lihat”, tanyaku. “Ngintip dari celah kordin kamar bapak”, katanya polos. “Apa tiap malam kami ngintip”, tanyaku. “Tidak pak, cuma Tini tahu kebiasaan ibu sebab tiap kali ibu memakai pakaian tidur yang tipis yang kelihatan BH dan CD-nya itu baru Tini ngintip sebab selalu main”. Lanjutnya, “Tini nafsu sekali kalau lihat ibu dengan telanjang lalu mengisap penisnya bapak dan saat bapak meniduri ibu sampai ibu keluar lendirnya. Tini juga lihat ibu yang dengan lahapnya meminum air maninya bapak yang disemprotkan dalam mulutnya ibu.” “Kalau gitu kamu lihat semua cara-cara bapak dan ibu kalau main?” tanyaku. “Iya pak, kalau di desa pacar Tini kalau main ya cuma biasa seperti orang desa itu. Tidak seperti ibu kadang duduk di atas, kadang bolak-balik ibu menghisap penis bapak dan bapak menghisap kemaluan ibu.” “Tini kamu datang bulannya kapan?” tanyaku. “Sudah lama pak, ini mungkin seminggu lagi dapat haid”, sahutnya. Karena Tini kepingin dan sudah bukan perawan lagi, lagi pula tak masa subur langsung aku berdiri dan kulepasi pakaianku dan Tini kusuruh mengambil kasur lipat di gudang dan dipasang di sebelah meja makan. Aku langsung tiduran dan Tini kuminta menghisap penisku. Walaupun Tini sudah lihat teknik-teknik bermain cinta, tetapi karena belum dipraktekan jadi rasanya belum nikmat seperti istriku. Tini kusuruh melepas semua pakaiannya sampai bugil. Lalu buah dadanya kucoba kuremas tapi karena masih kecil jadi sulit, aku hanya bisa memencet putingnya lalu kuhisap-hisap juga sampai mengusap-usap kemaluannya yang gundul. Tini memegang penisku dan menciuminya sambil bekata, “Kalau penis orang desa itu kecil-kecil Pak tidak ada yang gede seperti punya bapak ini. Kalau gede kan bisa marem rasanya.” Saat kupegang dan kumasukkan jariku kelubang kemaluannya selain memang masih sempit lubangnya juga lendirnya sudah banyak sekali tetapi encer tak sekental punya istriku. Ada lendir cewek yang banyak ini, aku makin bernafsu, Aku minta Tini main 69 atau bolak-balik menurut istilahnya. Tini yang di atas sambil menghisap penisku dan aku di bawah mempermainkan kemaluannya dengan mulut dan lidahku. Clitorisnya kujilati sambil lubang kemaluannya kumasuki 2 jari dan kugelitik bagian dalamnya. “Aduuh.. pak. Kemaluanku geli sekali rasanya.. aduuh Tini mau keluar lendirnya pak.” Mendengar itu langsung lubang kemaluannya kucucup dan terus kusedot-sedot dengan kuat sampai terasa, suur.. suur.. suur, dengan disertai rintihan Tini, “Pak.. pak.. air santannya Tini sudah keluar semua.” Kemudian kulihat lubangnya ternyata masih cukup banyak air santannya di lubangnya dan setelah kusedot lagi kubersihkan santan-santan yang lepas menempel di bibir kemaluannya dan terasa penuh mulutku dengan maninya. Saat kutelan rasanya sama seperti punya istriku yaitu asam-asam asin, hanya punya Tini lebih banyak tapi encer. Mungkin makin berumur lendirnya makin kental. Karena aku belum keluar maka segera kutancapkan penisku ke lubangnya. Begitu kumasukkan total seluruh batang penisku, Tini merintih, “Ssst.. aduh enaknya, Pak burung bapak rasanya nikmat sekali beda jauh dengan punya pacar saya.” Rintihan itu makin membuatku garang dan kuhunjamkan terus dengan agak keras dan cepat penisku ke lubang kemaluannya sampai Tini betul-betul tak tahan nikmatnya dengan menggelinjang-gelinjang terus. Pikirku pembantu yang kurang ajar berani mengintip ini mesti diajar betul. Kira-kira 10 menit berlalu baru aku mencapai klimaks dan kemaluannya kusemprot dengan maniku dan Tini berbisik, “Aduuh hangatnya penisnya bapak dan air maninya.” Selesai main Tini kuminta mencuci penisku di kamar mandinya. Sambil mencuci Tini bilang, “Waah, bapak mainnya hebat sih, pantasan ibu sering minta terus. Tini juga nanti minta lagi ya!” Aku menyanggupi permintaanya asal jangan saat masa subur dan kira-kira jam 10 pagi. Aku menyanggupi karena kupikir tubuhnya bersih dan tak ada penyakitnya serta karena baru seorang yang pakai yaitu pacarnya walaupun buah dadanya kecil, tapi putingnya kalau dihisap, dia terangsang banget. Jadi kalau nanti kepingin ditiduri, Tini pura-pura batuk-batuk kecil saat mengepel lantai ruang tamu dimana saya selalu duduk membaca koran. Lalu dia memberi koda manggut-manggut. Kejadian ini berulang terus kira-kira setiap 2 minggu sekali selama kurang lebih 4 bulan sampai akhirnya dia pamit keluar karena disuruh menikah.

kuperkosa istri tetangga ku

Awalnya aku tak terlalu tertarik dengan pasangan suami-istri muda yang baru tinggal di samping rumahku itu. Suaminya yang bernama Bram, berusia sekitar 32 tahun, merupakan seorang pria dengan wajah tirus dan dingin. Sangat mahal senyum. Sedang istrinya, seorang wanita 23 tahun, bertubuh sintal yang memiliki sepasang mata membola cantik, raut wajah khas wanita Jawa. Tak beda jauh dengan suaminya, dia juga terlihat kaku dan tertutup. Tapi watak itu, agaknya lebih disebabkan oleh sikap pendiam dan pemalunya. Sehari-harinya, dia selalu mengenakan pakaian kebaya. Latar belakang kehidupan pedesaan wanita berambut ikal panjang ini, terlihat masih cukup kental, Jakarta tak membuatnya berubah. Aku hanya sempat bicara dan bertemu lebih dekat dengan pasangan ini, dihari pertama mereka pindah. Saat mengangkat barang-barangnya, aku kebetulan baru pulang dari jogging dan lewat di depan pintu pagar halaman rumah yang mereka kontrak. Setelah itu, aku tak pernah lagi kontak dengan keduanya. Aku juga tak merasa perlu untuk mengurusi mereka. Perasaan dan pikiranku mulai berubah, khususnya terhadap si Istri yang bernama Maryati, ketika suatu pagi bangun dari tidur aku duduk di balik jendela. Dari arah sana, secara kebetulan, juga melalui jendela kamarnya, aku menyaksikan si Istri sedang melayani suaminya dengan sangat telaten dan penuh kasih. Mulai menemani makan, mengenakan pakaian, memasang kaos kaki, sepatu, membetulkan letak baju, sampai ketika mencium suaminya yang sedang bersiap-siap untuk turun kerja, semua itu kusaksikan dengan jelas. Aku punya kesimpulan wanita lumayan cantik itu sangat mencintai pasangan hidupnya yang berwajah dingin tersebut. Entah mengapa, tiba-tiba saja muncul pertanyaan nakal di otakku. Apakah Istri seperti itu memang memiliki kesetiaan yang benar-benar tulus dan jauh dari pikiran macam-macam terhadap suaminya? Sebutlah misalnya berhayal pada suatu ketika bisa melakukan petualangan seksual dengan lelaki lain? Apakah seorang istri seperti itu mampu bertahan dari godaan seks yang kuat, jika pada suatu ketika, dia terposisikan secara paksa kepada suatu kondisi yang memungkinkannya bermain seks dengan pria lain? Apakah dalam situasi seperti itu, dia akan melawan, menolak secara total meski keselamatannya terancam? Atau apakah dia justru melihatnya sebagai peluang untuk dimanfaatkan, dengan dalih ketidakberdayaan karena berada dibawah ancaman? Pertanyaan-pertanyaan itu, secara kuat menyelimuti otak dudaku yang memang kotor dan suka berhayal tentang penyimpangan seksual. Sekaligus juga akhirnya melahirkan sebuah rencana biadab, yang jelas sarat dengan resiko dosa dan hukum yang berat. Aku ingin memperkosa Maryati! Wuah! Tapi itulah memang tekad yang terbangun kuat di otak binatangku. Sesuatu yang membuatmu mulai hari itu, secara diam-diam melakukan pengamatan dan penelitian intensif terhadap pasangan suami istri muda tersebut. Kuamati, kapan keduanya mulai bangun, mulai tidur, makan dan bercengkrama. Kapan saja si Suami bepergian ke luar kota lebih dari satu malam, karena tugas perusahaannya sebuah distributor peralatan elektronik yang cukup besar. Dengan kata lain, kapan Maryati, wanita dengan sepasang buah dada dan pinggul yang montok sintal itu tidur sendirian di rumahnya. Untuk diketahui, pasangan ini tidak punya pembantu. Saat itulah yang bakal kupilih untuk momentum memperkosanya. Menikmati bangun dan lekuk-lekuk tubuhnya yang memancing gairah, sambil menguji daya tahan kesetiaannya sebagai istri yang bisa kukategorikan lumayan setia. Sebab setiap suaminya bepergian atau sedang keluar, wanita ini hanya mengunci diri di dalam rumahnya. Selama ini bahkan dia tak pernah kulihat meski hanya untuk duduk-duduk di terasnya yang besar. Itu ciri Ibu Rumah Tangga yang konservatif dan kukuh memegang tradisi sopan-santun budaya wanita timur yang sangat menghormati suami. Meski mungkin mereka sadar, seorang suami, yang terkesan sesetia apapun, jika punya peluang dan kesempatan untuk bermain gila, mudah terjebak ke sana. Aku tahu suaminya, si Bram selalu bepergian keluar kota satu atau dua malam, setiap hari Rabu. Apakah benar-benar untuk keperluan kantornya, atau bisa jadi menyambangi wanita simpanannya yang lain. Dan itu bukan urusanku. Yang penting, pada Rabu malam itulah aku akan melaksanakan aksi biadabku yang mendebarkan. Semua tahapan tindakan yang akan kulakukan terhadap wanita yang di mataku semakin menggairahkan itu, kususun dengan cermat. Aku akan menyelinap ke rumahnya hanya dengan mengenakan celana training minus celana dalam, serta baju kaos ketat yang mengukir bentuk tubuh bidangku. Buat Anda ketahui, aku pria macho dengan penampilan menarik yang gampang memaksa wanita yang berpapasan denganku biasanya melirik. Momen yang kupilih, adalah pada saat Maryati akan tidur. Karena berdasarka hasil pengamatanku, hanya pada saat itu, dia tidak berkebaya, cuma mengenakan daster tipis yang (mungkin) tanpa kutang. Aku tak terlalu pasti soal ini, karena cuma bisa menyaksikannya sekelebat saja lewat cara mengintip dari balik kaca jendelanya dua hari lalu. Kalau Maryati cuma berdaster, berarti aku tak perlu disibukkan untuk melepaskan stagen, baju, kutang serta kain yang membalut tubuhnya kalau lagi berkebaya. Sedang mengapa aku cuma mengenakan training spack tanpa celana dalam, tahu sendirilah. Aku menyelinap masuk ke dalam rumahnya lewat pintu dapur yang terbuka petang itu. Saat Maryati pergi mengambil jemuran di kebun belakangnya, aku cepat bersembunyi di balik tumpukan karton kemasan barang-barag elektronik yang terdapat di sudut ruangan dapurnya. Dari sana, dengan sabar dan terus berusaha untuk mengendalikan diri, wanita itu kuamati sebelum dia masuk ke kamar tidurnya. Dengan mengenakan daster tipis dan ternyata benar tanpa kutang kecuali celana dalam di baliknya. Si Istri Setia itu memeriksa kunci-kunci jendela dan pintu rumahnya. Dari dalam kamarnya terdengar suara acara televisi cukup nyaring. Nah, pada saat dia akan masuk ke kamar tidurnya itulah, aku segera memasuki tahapan berikut dari strategi memperkosa wanita bertubuh sintal ini. Dia kusergap dari belakang, sebelah tanganku menutup mulutnya, sedang tangan yang lain secara kuat mengunci kedua tangannya. Maryati terlihat tersentak dengan mata terbeliak lebar karena terkejut sekaligus panik dan ketakutan. Dia berusaha meronta dengan keras. Tapi seperti adegan biasa di film-film yang memperagakan ulah para bajingan, aku cepat mengingatkannya untuk tetap diam dan tidak bertindak bodoh melakukan perlawanan. Hanya bedanya, aku juga mengutarakan permintaan maaf. “Maafkan saya Mbak. Saya tidak tahan untuk tidak memeluk Mbak. Percayalah, saya tidak akan menyakiti Mbak. Dan saya bersumpah hanya melakukan ini sekali. Sekali saja,” bisikku membujuk dengan nafas memburu akibat nafsu dan rasa tegang luar biasa. Maryati tetap tidak peduli. Dia berusaha mengamuk, menendang-nendang saat kakiku menutup pintu kamarnya dan tubuhnya kepepetkan ke dinding. “Kalau Mbak ribut, akan ketahuaan orang. Kita berdua bisa hancur karena malu dan aib. Semua ini tidak akan diketahui orang lain. Saya bersumpah merahasiakannya sampai mati, karena saya tidak mau diketahui orang lain sebagai pemerkosa,” bisikku lagi dengan tetap mengunci seluruh gerakan tubuhnya. Tahapan selanjutnya, adalah menciumi bagian leher belakang dan telinga wanita beraroma tubuh harum merangsang itu. Sedang senjataku yang keras, tegang, perkasa dan penuh urat-urat besar, kutekankan secara keras ke belahan pantatnya dengan gerakan memutar, membuat Maryati semakin terjepit di dinding. Dia mencoba semakin kalap melawan dan meronta, namun apalah artinya tenaga seorang wanita, di hadapan pria kekar yang sedang dikuasai nafsu binatang seperti diriku. Aksi menciumi dan menekan pantat Maryati terus kulakukan sampai lebih kurang sepuluh menit. Setelah melihat ada peluang lebih baik, dengan gerakan secepat kilat, dasternya kusingkapkan. Celana dalamnya segera kutarik sampai sobek ke bawah, dan sebelum wanita ini tahu apa yang akan kulakukan, belahan pantatnya segera kubuka dan lubang anusnya kujilati secara buas. Maryati terpekik. Sebelah tanganku dengan gesit kemudian menyelinap masuk diantara selangkangannya dari belakang dan meraba serta meremas bagian luar kemaluannya, tapi membiarkan bagian dalamnya tak terjamah. Strategiku mengingatkan belum waktunya sampai ke sana. Aksi menjilat dan meremas serta mengusap-usap ini kulakukan selama beberapa menit. Maryati terus berusaha melepaskan diri sambil memintaku menghentikan tindakan yang disebutnya jahanam itu. Dia berulang-ulang menyebutku binatang dan bajingan. Tak soal. Aku memang sudah jadi binatang bajingan. Dan sekarang sang bajingan sudah tanpa celana, telanjang sebagian. “Akan kulaporkan ke suamiku,” ancamnya kemudian dengan nafas terengah-engah. Aku tak menyahut sambil bangkit berdiri serta menciumi pundaknya. Lalu menempelkan batang perkasaku yang besar, tegang dan panas diantara belahan pantatnya. Menekan dan memutar-mutarnya dengan kuat di sana. Sedang kedua tanganku menyusup ke depan, meraba, meremas dan memainkan puting buah dada besar serta montok wanita yang terus berjuang untuk meloloskan diri dari bencana itu. “Tolong Mas Dartam, lepaskan aku. Kasihani aku,” ratapnya. Aku segera menciumi leher dan belakang telinganya sambil berbisik untuk membujuk, sekaligus memprovokasi. “Kita akan sama-sama mendapat kepuasan Mbak. Tidak ada yang rugi, karena juga tidak akan ada yang tahu. Suamimu sedang keluar kota. Mungkin juga dia sedang bergulat dengan wanita lain. Apakah kau percaya dia setia seperti dirimu,” bujukku mesra. “Kau bajingan terkutuk,” pekiknya dengan marah. Sebagai jawabannya, tubuh putih yang montok dan harum itu (ciri yang sangat kusenangi) kali ini kupeluk kuat-kuat, lalu kuseret ke atas ranjang dan menjatuhnya di sana. Kemudian kubalik, kedua tangannya kurentangkan ke atas. Selanjutnya, ketiak yang berbulu halus dan basah oleh keringat milik wanita itu, mulai kuciumi. Dari sana, ciumanku meluncur ke sepasang buah dadanya. Menjilat, menggigit-gigit kecil, serta menyedot putingnya yang terasa mengeras tegang. “Jangan Mas Darta. Jangan.. Tolong lepaskan aku.” Wanita itu menggeliat-geliat keras. Masih tetap berusaha untuk melepaskan diri. Tetapi aku terus bertindak semakin jauh. Kali ini yang menjadi sasaranku adalah perutnya. Kujilat habis, sebelum pelan-pelan merosot turun lebih ke bawah lalu berputar-putar di bukit kemaluannya yang ternyata menggunung tinggi, mirip roti. Sementara tanganku meremas dan mempermainkan buah dadanya, kedua batang paha putih dan mulusnya yang menjepit rapat, berusaha kubuka. Maryati dengan kalap berusaha bangun dan mendorong kepalaku. Kakinya menendang-nendang kasar. Aku cepat menjinakkannya, sebelum kaki dan dengkul yang liar itu secara telak membentur dua biji kejantannanku. Bisa celaka jika itu terjadi. Kalau aku semaput, wanita ini pasti lolos. Setelah berjuang cukup keras, kedua paha Maryati akhirnya berhasil kukuakkan. Kemudian dengan keahlian melakukan cunnilingus yang kumiliki dari hasil belajar, berteori dan berpraktek selama ini, lubang dan bibir kelamin wanita itu mulai menjadi sasaran lidah dan bibirku. Tanpa sadar Maryati terpekik, saat kecupan dan permainan ujung lidahku menempel kuat di klitorisnya yang mengeras tegang. Kulakukan berbagai sapuan dan dorongan lidah ke bagian-bagian sangat sensitif di dalam liang senggamanya, sambil tanganku terus mengusap, meremas dan memijit-mijit kedua buah dadanya. Maryati menggeliat, terguncang dan tergetar, kadang menggigil, menahan dampak dari semua aksi itu. Kepalanya digeleng-gelengkan secara keras. Entah pernyataan menolak, atau apa. Sambil melakukan hal itu, mataku berusaha memperhatikan permukaan perut Si Istri Setia ini. Dari sana aku bisa mempelajari reaksi otot-otot tubuhnya, terhadap gerakan lidahku yang terus menyeruak masuk dalam ke dalam liang senggamanya. Dengan sentakan-sentakan dan gelombang di bagian atas perut itu, aku akan tahu, di titik dan bagian mana Maryati akan merasa lebih terangsang dan nikmat. Gelombang rangsangan yang kuat itu kusadari mulai melanda Maryati secara fisik dan emosi, ketika perlawanannya melemah dan kaki serta kepalanya bergerak semakin resah. Tak ada suara yang keluar, karena wanita ini menutup bahkan menggigit bibirnya. Geliat tubuhnya bukan lagi refleksi dari penolakan, tetapi (mungkin) gambaran dari seseorang yang mati-matian sedang menahan kenikmatan. Berulang kali kurasakan kedua pahanya bergetar. Kemaluannya banjir membasah. Ternyata benar analisa otak kotorku beberapa pekan lalu. Bahwa sesetia apapun seorang Istri, ada saat di mana benteng kesetiaan itu ambruk, oleh rangsangan seksual yang dilakukan dalam tempo relatif lama secara paksa, langsung, intensif serta tersembunyi oleh seorang pria ganteng yang ahli dalam masalah seks. Maryati telah menjadi contoh dari hal itu. Mungkin juga ketidakberdayaan yang telah membuatnya memilih untuk pasrah. Tetapi rasanya aku yakin lebih oleh gelora nafsu yang bangkit ingin mencari pelampiasan akibat rangsangan yang kulakukan secara intensif dan ahli di seluruh bagian sensitif tubuhnya. Aksiku selanjutnya adalah dengan memutar tubuh, berada di atas Maryati, memposisikan batang kejantananku tepat di atas wajah wanita yang sudah mulai membara dibakar nafsu birahi itu. Aku ingin mengetahui, apa reaksinya jika terus kurangsang dengan batang perkasaku yang besar dan hangat tepat berada di depan mulutnya. Wajahku sendiri, masih berada diantara selangkangannyadengan lidah dan bibir terus menjilat serta menghisap klitoris dan liang kewanitaannya. Paha Maryati sendiri, entah secara sadar atau tidak, semakin membuka lebar, sehingga memberikan kemudahan bagiku untuk menikmati kelaminnya yang sudah membanjir basah. Mulutnya berulangkali melontarkan jeritan kecil tertahan yang bercampur dengan desisan. Aksi itu kulakukan dengan intensif dan penuh nafsu, sehingga berulang kali kurasakan paha serta tubuh wanita cantik itu bergetar dan berkelojotan. Beberapa menit kemudian mendadak kurasa sebuah benda basah yang panas menyapu batang kejantananku, membuatku jadi agak tersentak. Aha, apalagi itu kalau bukan lidah si Istri Setia ini. Berarti, selesailah sudah seluruh perlawanan yang dibangunnya demikian gigih dan habis-habisan tadi. Wanita ini telah menyerah. Namun sayang, jilatan yang dilakukannya tadi tidak diulanginya, meski batang kejantananku sudah kurendahkan sedemikian rupa, sehingga memungkinkan mulutnya untuk menelan bagian kepalanya yang sudah sangat keras, besar dan panas itu. Boleh jadi wanita ini merasa dia telah menghianati suaminya jika melakukan hal itu, menghisap batang kejantanan pria yang memperkosanya! Tak apa. Yang penting sekarang, aku tahu dia sudah menyerah. Aku cepat kembali membalikkan tubuh. Memposisikan batang kejantananku tepat di depan bukit kewanitaannya yang sudah merekah dan basah oleh cairan dan air ludahku. Aku mulai menciumi pipinya yang basah oleh air mata dan lehernya. Kemudian kedua belah ketiaknya. Maryati menggelinjang liar sambil membuang wajahnya ke samping. Tak ingin bertatapan denganku. Buah dadanya kujilati dengan buas, kemudian berusaha kumasukan sedalam-dalamnya ke dalam mulutku. Tubuh Maryati mengejang menahan nikmat. Tindakan itu kupertahankan selama beberapa menit. Kemudian batang kejantananku semakin kudekatkan ke bibir kemaluannya. Ah.., wanita ini agaknya sudah mulai tidak sabar menerima batang panas yang besar dan akan memenuhi seluruh liang sanggamanya itu. Karena kurasa pahanya membentang semakin lebar, sementara pinggulnya agak diangkat membuat lubang sanggamanya semakin menganga merah. “Mbak Mar sangat cantik dan merangsang sekali. Hanya lelaki yang beruntung dapat menikmati tubuhmu yang luar biasa ini,” gombalku sambil menciumi pipi dan lehernya. “Sekarang punyaku akan memasuki punya Mbak. Aku akan memberikan kenikmatan yang luar biasa pada Mbak. Sekarang nikmatilah dan kenanglah peristiwa ini sepanjang hidup Mbak.” Setelah mengatakan hal itu, sambil menarik otot di sekitar anus dan pahaku agar ketegangan kelaminku semakin meningkat tinggi, liang kenikmatanwanita desa yang bermata bulat jelita itu, mulai kuterobos. Maryati terpekik, tubuhnya menggeliat, tapi kutahan. Batang kejantananku terus merasuk semakin dalam dan dalam, sampai akhirnya tenggelam penuh di atas bukit kelamin yang montok berbulu itu. Untuk sesaat, tubuhku juga ikut bergetar menahan kenikmatan luar biasa pada saat liang kewanitaan wanita ini berdenyut-deyut menjepitnya. Tubuhku kudorongkan ke depan, dengan pantat semakin ditekan ke bawah, membuat pangkal atas batang kejantananku menempel dengan kuat di klitorisnya. Maryati melenguh gelisah. Tangannya tanpa sadar memeluk tubuhku dengan punggung melengkung. Kudiamkan dia sampai agak lebih tenang, kemudian mulailah gerakan alamiah untuk coitus yang membara itu kulakukan. Maryati kembali terpekik sambil meronta dengan mulut mendesis dan melengguh. Tembakan batang kejantananku kulakukan semakin cepat, dengan gerakan berubah-ubah baik dalam hal sudut tembakannya, maupun bentuknya dalam melakukan penetrasi. Kadang lurus, miring, juga memutar, membuat Maryati benar-benar seperti orang kesurupan. Wanita ini kelihatanya sudah total lupa diri. Tangannya mencengkram pundakku, lalu mendadak kepalanya terangkat ke atas, matanyaterbeliak, giginya dengan kuat menggigit pundakku. Dia orgasme! Gerakan keluar-masuk batang kejantananku kutahan dan hanya memutar-mutarnya, mengaduk seluruh liang sanggama Maryati, agar bisa menyentuh dan menggilas bagian-bagian sensitif di sana. Wanita berpinggul besar ini meregang dan berkelonjotan berulang kali, dalam tempo waktu sekitar dua puluh detik. Semuanya kemudian berakhir. Mata dan hidungnya segera kuciumi. Pipinya yang basah oleh air mata, kusapu dengan hidungku. Tubuhnya kupeluk semakin erat, sambil mengatakan permintaan maaf atas kebiadabanku. Maryati cuma membisu. Kami berdua saling berdiaman. Kemudian aku mulai beraksi kembali dengan terlebih dahulu mencium dan menjilati leher, telinga, pundak, ketiak serta buah dadanya. Kocokan kejantananku kumulai secara perlahan. Kepalanya kuarahkan ke bagian-bagian yang sensitif atau G-Spot wanita ini. Hanya beberapa detik kemudian, Maryati kembali gelisah. Kali ini aku bangkit, mengangkat kedua pahanya ke atas dan membentangkannya dengan lebar, lalu menghujamkan batang perkasaku sedalam-dalamnya. Maryati terpekik dengan mata terbeliak, menyaksikan batang kejantananku yang mungkin jauh lebih besar dari milik suaminya itu, berulang-ulang keluar masuk diantara lubang berbulu basah miliknya. Matanya tak mau lepas dari sana. Kupikir, wanita ini terbiasa untuk berlaku seperti itu, jika bersetubuh. Wajahnya kemudian menatap wajahku. “Mas…” bisiknya. Aku mengangguk dengan perasaan lebih terangsang oleh panggilan itu, kocokanbatang kejantananku kutingkatkan semakin cepat dan cepat, sehingga tubuh Maryati terguncang-guncang dahsyat. Pada puncaknya kemudian, wanita ini menjatuhkan tubuhnya di tilam, lalu menggeliat, meregang sambil meremas sprei. Aku tahu dia akan kembali memasuki saat orgasme keduanya. Dan itu terjadi saat mulutnya melontarkan pekikan nyaring, mengatasi suara Krisdayanti yang sedang menyanyi di pesawat televisi di samping ranjang. Pertarungan seru itu kembali usai. Aku terengah dengan tubuh bermandi keringat, di atas tubuh Maryati yang juga basah kuyup. Matanya kuciumi dan hidungnya kukecup dengan lembut. Detak jantungku terasa memacu demikian kuat. Kurasakan batang kejantananku berdenyut-denyut semakin kuat. Aku tahu, ini saat yang baik untuk mempersiapkan orgasmeku sendiri. Tubuh Maryati kemudian kubalikkan, lalu punggungnya mulai kujilati. Dia mengeluh. Setelah itu, pantatnya kubuka dan kunaikkan ke atas, sehingga lubang anusnya ikut terbuka. Jilatan intensifku segera kuarahkan ke sana, sementara jariku memilin dan mengusap-usap klitorisnya dari belakang. Maryati berulang kali menyentakkan badannya, menahan rasa ngilu itu. Namun beberapa menit kemudian, keinginan bersetubuhnya bangkit kembali. Tubuhnya segera kuangkat dan kuletakkan di depan toilet tepat menghadap cermin besar yang ada di depannya. Dia kuminta jongkok di sana, dengan membuka kakinya agak lebar. Setelah itu dengan agak tidak sabar, batang kejantananku yang terus membesar keras, kuarahkan ke kelaminnya, lalu kusorong masuk sampai ke pangkalnya. Maryati kembali terpekik. Dan pekik itu semakin kerap terdengar ketika batang kejantananku keluar masuk dengan cepat di liang sanggamanya. Bahkan wanita itu benar-benar menjerit berulangkali dengan mata terbeliak, sehingga aku khawatir suaranya bisa didengar orang di luar. Wanita ini kelihatannya sangat terangsang dengan style bersetubuh seperti itu. Selain batang kejantananku terasa lebih dahsyat menerobos dan menggesek bagian-bagian sensitifnya, dia juga bisa menyaksikan wajahku yang tegang dalam memompanya dari belakang. Dan tidak seperti sebelumnya, Maryati kali ini dengan suara gemetar mengatakan dia akan keluar. Aku cepat mengangkat tubuhnya kembali ke ranjang. Menelentangkannya di sana, kemudian menyetubuhinya habis-habisan, karena aku juga sedang mempersiapkan saat orgasmeku. Aku akan melepas bendungansperma di kepala kejantananku, pada saat wanita ini memasuki orgasmenya. Dan itu terjadi, sekitar lima menit kemudian. Maryati meregang keras dengan tubuh bergetar. Matanya yang cantik terbeliak. Maka orgasmeku segera kulepas dengan hujaman batang kejantanan yang lebih lambat namun lebih kuat serta merasuk sedalam-dalamnya ke liang kewanitaan Maryati. Kedua mata wanita itu kulihat terbalik, Maryati meneriakkan namaku saat spermaku menyembur berulang kali dalam tenggang waktu sekitar delapan detik ke dalam liang sanggamanya. Tangannya dengan kuat merangkul tubuhku dan tangisnya segera muncul. Kenikmatan luar biasa itu telah memaksa wanita ini menangis. Aku memejamkan mata sambil memeluknya dengan kuat, merasakan nikmatnya orgasme yang bergelombang itu. Ini adalah orgasmeku yang pertama dan penghabisanku dengan wanita ini. Aku segera berpikir untuk berangkat besok ke Kalimantan, ke tempat pamanku. Mungkin seminggu, sebulan atau lebih menginap di sana. Aku tidak boleh lagi mengulangi perbuatan ini. Tidak boleh, meski misalnya Maryati memintanya.

anak kost

Perkenalkan,,,,nama aku Tedy,umur 30 tahun bekerja pada salah satu perusahaan swasta yang ada dikota (xxx),.Aku punya sedikit cerita yang bagiku cukup enak untuk dibaca.Peristiwa ini terjadi sewaktu aku mencari tempat kost dikota aku bekerjaSetelah lama mencari,akhirnya aku menemukan sebuah rumah yang menurutku cukup bagus.Kudatangi rumah itu dan kuketuk pintunya. Tak lama berselang,dari balik pintu muncullah seraut wajah yang sangat cantik sekali.Seorang wanita yang jika kutaksir umurnya 28 tahun.Wajahnya cukup cantik,dengan rambut yg hitam dan subur yang panjangnya hingga kepunggung. Jika kutaksir tinggi wanita ini kira2 155 cm.Namun yg membuat aku tertarik adalah bentuk tubuhnya yang proporsional.Dadanya membusung indah dgn ukuran bra 36B dan bokong yang besar,padat dan mengembang.Pada saat itu dia mengenakan baju kaos yg cukup ketat sekali dgn belahan dada yang rendah,sehingga aku dapat melihat kulit dadanya yg putih mulus ,dan celana lee yang dipotong pendek hingga pangkal pahanya yang menampakkan batang paha yang putih mulus tanpa cacat. Akupun dipersilahkan masuk.Kamipun berkenalan. “Perkenalkan,,,,saya Tedy” kataku sambil mengulurkan tangan. “Sabrina,,,,panggil aja Rina”katanya sambil menjabat tanganku. Kurasakan lembut tangannya dalam, genggaman tanganku. Akupun mengutarakan niatku padanya dan kamipun saling tawar menawar tentang harga kost.setelah sepakat ,,,iapun mengajakku untuk melihat kamar yang akan kutempati. “Mari,,,,silahkan dilihat dulu deh,,,,:” katanya padaku. Akupun mengikuti langkahnya dari belakang.sambil berjalan akupun tak luput memelototi bokongnya yang bergoyang.tak terasa sesuatu bergerak dari dalam celanaku.sesampainya dikamar yang aku tempati,kami masuk dan melihat seisi kamar tersebut.Namun sesekali mataku mencuri pandang kearah dadanya Mbak Sabrina yang putih mulus itu.ternyata dibalik baju kaos itu ia tak mengenakan bra sehingga puting buah dadanya membayang jelas,,, “bagaimana Mas Tedy,,,,bagus khan,,,,” katanya padaku. “Wah,,,bagus sekali mbak,,,,,bersih lagi,,,”kataku padanya. “Jangan panggil mbak dong,,,panggil aja Rina,,,ya ,,mas:katanya padaku. “oh ,,maaf,,,ya deh,,,” Malam harinya akupun berkenalan dgn suaminya Mbak Sabrina.Ternyata diluar dugaanku,suaminya sabrina jauh lebih tua dari Sabrina.jika kutaksir umurnya sekitar 40 tahun.Namun beliau sangat ramah dan supel.Beliau seorang menejer disebuah perusahaan swasta yang ada dikota ini.Tujuannya membuka kos-kosan bigina hanyalah untuk menemani Sabrina agar jangan kesepian saja,karena beliau sering dinas keluar kota. Akupun semakin hari semakiun betah tinggal disini.Hingga tak terasa aku telah tinggal disini selama 3 bulan.Jika kuperhatikan ,penampilan Sabrina ibu kost mudaku ini makin hari makin seksi saja.Terkadang aku sering menghayalkan dan membayangkan bagaimana rasanya bersetubuh dengannya.Padahal aku punya banyak kesempatan untuk melakukannya .Tak jarang suaminya pergi keluar kota untuk beberapa hari lamanya, dan selama itu pula sicantik Sabrina tinggal berdua denganku. Hingga suatu hari,,,Ketika itu aku pulang kerja agak larut malam,,,ketika aku pulang,,kulihat lampu ruang tamu sudah mati.Agaknya Sabrina sudah tidur.Untunglah aku mempunya kunci cadangan ,hingga aku bisa masuk tanpa harus membangunkannya.Begitu kubuka pintu,,,,kulihat lampu diruang tengah masih menyala.Akupun mengunci pintu dan berjalan menuju ruang tengah.Alangkah terkejutnya aku menyaksikan pemandangan diruang tengah tersebut.Kulihat Sabrina tergeletak tidur diatas lantai yng beralaskan permadani.Disampingnya terlihat sebuah benda yang menyerupai penis lelaki.Rupanya ia habis masturbasi dengan penis yang terbuat dari karet hingga terlelap tidur.Akupun menghampirinya dan memelototi sekujur tubuhnya yang tak tertutupi oleh sehelai benangpun.Betapa mulusnya kulit Sabrina.Tak terasa sesuatupun bergerak dibalik celana panjang yang kukenakan.Timbullah keinginanku untuk menyetubuhinya malam ini. Perlahan kugerakkan tanganku membelai buah dadanya yang padat dan berisi itu.Kuremas remas dua bukit yang ada didadanya sambil sedikit kupelintir ujung putingnya.Akupun mendekatkan bibirku kearah puting yang tegak menjulang itu.Kupermainkan dengan ujung lidahku sambil kugigit perlahan.Aku perhatikan dia tak bergerak sedikitpun.Mungkin ia hanyut dalam mimpi-mimpi yang indah.Akupun melanjutkan aksiku.Perlahan mulutku mengitari permukaan perutnya yang langsing itu dan akihirnya berhenti dibukit kemaluannya .Aku memperhatikan bukit lembab yang merah merekah dan tak ditumbuhi sehelai rambutpun.Kujulurkan lidahku untuk menyapu permukaan bukit itu.Terasa sangat halus sekali kulit permukaan vaginanya .Mulutku terus begerilya disekitar bibir kemaluannya.. Akupun bangkit dan melepaskan seluruh pakaianku.Batang kejantananku tegak berdiri seolah ingin menusuk memek yang terbentang dihadapanku.Akupun kembali menghampiri Sabrina yang tergolek pasrah.Kembali kujilati lobang kewanitaan yang merah merekah itu.Batang kejantananku berada pada posisi yang sangat keras dan tegang sekali.Perlahan,kugosokkan ujung kepala peniskut permukaan vagina sabrina.Sampai saat itu ,,tak ada gerakan yang berarti yang terjadi pada dirinya. Akupun segera saja menusukkan batang kejantananku kedalam lobang kewanitaannya .Bless,,,,,langsung masuk.Kudiamkan beberapa saat sebelum kugoyang perlahan.Beberapa menit kemudian,,,aku mulai menggoyang perlahan ,dan terus hingga akhirnya sesuatu terasa menyesak dari dalam diriku.Aku telah mencapai klimalks.Kucabut penisku dari dalam vagina Sabrina dan kumuncratkan spermaku diatas perutnya yang putih mulus itu. Selesai menggeluti tubuh Sabrina ,,aku bergegas memberesi pakaianku dan pergi meninggalkannya yang masih tergolek dilantai dalam mimpi-mimpi indahnya.Malam ini menjadi malam keberuntungan bagiku ,,karena telah dapat menikmati tubuh cantik yang selalu menjadi hayalan dalam masturbasiku,,walau hanya dalam tidurnya yang indah. Semenjak kejadian malam itu,,aku semakin terobsesi untuk dapat bercinta dengan Sabrina dalam wujud yang sebenarnya,,bukan seperti kejadian malam itu.Akupun mencari cara dan kesempatan yang tepat untuk melaksanakan keinginanku.Dan selama ini,,tak ada tanda-tanda kalau Sabrina tahu kejadian malam itu. Hingga suatu hari ,,,,aku mendapatkan ide gila untuk mengerjai Sabrina. .Hari itu ,,,suami mbak Sabrina hendak pergi keluar kota untuk beberapa minggu.hal itu kuketahui dari pembicaran mereka diruang keluarga.Sebelum berangkat,,rupanya sicantik Sabrina pengen digenjot dulu sama suaminya tercinta Malam itu mereka bercinta melepaskan rasa kerinduan yang menggebu.Sicantik Sabrina begitu buasnya begerilya diatas tubuh suamainya yang setengah baya itu.Sementara sang suami tak sanggup mengimbangi permainan yang diberikan sang istrinya yang cantik jelita itu. Sabrina begitu ganasnya mengulum penis milik suamianya ,,layaknya seorang anak kecil yang lagi mengulum permen.Namun tak berselang lama ,,,dari penis itu memuntahkan lahar panas yang siap ditelan oleh Sabrina.Hanya sampai disitu permainan seks yang dapat dilakukan sang suami.Dengan segala kekesalan akhirnya mbak Sabrina mengakhiri permaianannya, walau kepuasan yang ia dambakan belum ia dapatkan.Permainan malam itu berakhir dengan sejuta kekecewaan yang tersimpan dalam hati sicantik Sabrina. Pagi itu,,,Suami sabrina berangkat keluar kota.Sebagaimana rencana gila yang telah kupersiapkan,,,pagi ini aku akan memberikan kejutan yang sangat berarti buat sicantik Sabrina.Sebagaimana kebiasaannya setiap pagi,mempersiapkan sarapan pagi,,trus memanggil sang suami untuk menikmati sarapan dan juga aku sebagai penghuni kost dirumah ini.Karena sang suami sudah berangkat keluar kota ,,dengan sendirinya tinggal aku yang akan dipanggilnya untuk menikmati sarapan pada pagi itu. Dari balik pintu yang memeng sengaja kubuka sedikit,,kuperhatikan Sabrian melangkah munuju kamarku.Akupun segera beranjak menuju tempat tidur , pura pura tidur dengan posisi terlentang tanpa mengenakan selembar benangpun.tampaklah tubuhku diatas ranjang seperti seorang bayi raksasa.Apalagi rambaut yang tumbuh diselangkangku telah kucukur sebelumnya.Tak dapat kubayangkan betapa terkejutnya sabrina menyaksikan pemandangan yang dapat mengundang gairah kewanitaannya. Beberapa saat kemudian ,,pintu kamarku diketok dari luar dan namaku dipanggil nya.namun tak ada sahutan sedikitpun.Terdengar pintu kamarku berderik pertanda kalau sabrina membukanya.Dan,,,,ia terbelalak menyaksikan diriku yang terlentang bugil diatas tempat tidur.Kuintip dari balik mataku,,,dia menutup mulutnya dengan telapak tangannya menyaksikan pemandangan yang sangat vulgar sekali.Akupan sedikit menggeliat sambil sebelah tanganku menggosok penisku yang spontan membuatnya berdiri tegang.Nafas Sabrina semakin memburu demi menyaksikan ukuran penisku yang mulai membesar dan tegak bak tugu monas.Mungkin dia mulai terpancing dengan aksi yang kulakukan tadi. Perlahan ia menutup pintu dan meniggalkan kamarku.Mungkin tidak tahan dengan nafsu yang bergelora dalam dirinya.apalagi semalam ia tak mendapatkan kepuasan yang ia inginkan.rencana pertama telah sukses terlaksana dan menyusul langkah selanjutnya yang akn membuat Sabrina makin tak kuat membendung nafsu birahinya sendiri. Akupun bangkit dari tempat tidurku.kuklenakan celan pendek yang cukup tipis sekali tanpa mengenakan celana dalam.Dapat dibayangkan betapa batang kejantananku terbayang menggantun diselangkanganku.Aku keluar dari kamarku menuju dapur.Kulihat Sabrina lagi sibuk . Kucoba menghampirinya ….dan kusapa sedikit.”pagi,,,,Rina,,”kataku padanya. “pagi juga “balasnya dengan sedikit menoleh sambail menundukkan kepalanya dan sedikit melirik kearahku.Kulihat tubuhnya sedikit gemetaran . “oh ya,,mas mana nih,,kok nggak keliatan”tanyaku kepadanya. Padahal aku tahu kalau suaminya lagi keluar kota. “lagi keluar kota,,ada tugas dari perusahaan”katanya lagi. “lama ya keluar kotanya”tanyaku lagi. “ya,,katanya seh satu minggu” Sabrina tetap mengerjakan pekerjaannya.Kulhat ia tak kosentrasi dengan apa yang ia kerjakan.Tampak dari getaran tangannya yang sedikit menggigil menahan hawa nafsu yang mulai menusuk ubun-ubunnya.Nampaknya perangkapku sudah mulai bekerja dan sedikit lagi mangsa akan masuk dalam perangkap itu. Tengah asyik bekerja ,,tanpa sengaja ia menyenggol gelas disampingnya yang berisi minuman.Spontan saja air yang ada dalam gelas itu tumpah dan mengenai celana yang kukenakan.Celanakupun basah kuyup,,,sehingga membuat batang kejantannanku tercetak dibalik celanaku yang basah.Sabrina segera mengambil kain dan ingin mengeringkannya.Namun urung ia lakukan begitu melihat batang kejantananku yang jelas membayang. Melihat keragu-raguannya ni,,,akupun memberanikan diri untuk memegang tangannya dan membimbing keselangkanganku.Kuletakkan tagannya pas diatas gundukan batang kejantananku sambil sedikit kucoba mengeluskan tangannya itu diselangkanganku.tampak ia menundukkan kepalanya namun tangannya tetap membelai mesra batang kejantananku yang membuat ukurannya semakin membesar. Merasa telah masuk dalam gairahku,,,kuangkat sedikit dagu sabrina .kupandangi wajahnya yang cantik dengan tatapan yang penuh nafsu.Kudekatkan bibirku dan kulumat bibir yang merah merekah itu.Iapun membalas pagutan bibirku dengan ganasnya.Beberapa saat kami saling pilin.Sesekali lidahku masuk menyentuh lidahnya yang menambah gelora nafsu kami berdua. Sementara itu ,,tangan Sabrina tak lepas dari selangkanganku,membelai dan mengocok batang kejantananku.tangankupun tak lepas dari dua bongkahan bokongnya yang padat mengembang itu.Perlahan tanganku bergerak keatas mengelus kulit punggungnya yang putih mulus .Puas mengelus punggungnya,,tanganku beranjak naik mengelus buah dadanya yang kenyal. “oh,,,,oh,,,ahh,,,ahh,,,oh,,,,”erangnya saat kugenggam payudaranya dengan penuh nafsu,kemudian kupilin puting susunya yang keras menegang.”Ahh,,”desahnya tak karuan setiap kupilin puting susunya. Kualihkan ciuman bibirku kelehernya yang putih jenjang.Terus kebawah hingga lidahku menyentuh ujung puting susunya yang makin membuat ia mengerang tak karuan.Sementara puting susunya yang satu lagi masih tetap kupilin dengan sebelah tanganku.Kemudian tanganku terus kebawah payudaranya dan terus hingga akhirnya menyentuh permukaan vaginanya.Kuobok obok isi vagina itu hingga mengeluarkan cairan yang cukup hangat sekali. Permainan seks kami semakin panas.Segera kuangkat tubuh sabrina dan kutidurkan diatas meja yang berantakan itu.Kutelentangkan ia.Kujilat-jilat memeknya yang sudah banjir.banyak sekali cairan yang keluar dari lubang kenikmatannya.”Ahhh,,,Uhhh,,,,Ohhh,,”erang nya tak karuan dan semakin menjadi.Kedua tangannya menjambak rambutku dengan keras seakan tak ingin melepaskan mulutku dari lubang kenikmatannya. Aku mulai mengatur serangan berikutnya.Kugenggam batang kejantananku,,,kugogokkan kekulit permukaan Vagina sabrina yang telah basah.Perlahan kudorong kepala peniskuyang sudah pas berada dimulutlobang vaginanya.Tampak kepala peniskumasih agak sulit menerobos masuk karena ukurannya yang cukup besar. “sssleeeeeb,,,,,,,sssleeeeeb,,,,sslleeeb,,,”p elan pelan batang kejantananku coba masuk kedalam vagina sabrina. “aaahhhhkkkk,,,,,ssssss,,,,,,,,,sayang,,,besa r sekali,,,,aahkkkkk,,,,”erangnya. Akupun tersenyum puas mendengar erangan manja dari mulutnya ,lalu dengan sekali sentakan saja penisku menyeruak masuk kedalam vagina sabrina. Matanya terbeliak dengan mulut terbuka dan tangannya mencengkranm bibir meja begitu penisku menerobos lubang kenikmatannya.tampak bibir vagina itu terkuak lebar seakan tak mampu menampung besarnya batang kejantananku. Perlahan akupun mulai memaju mundurkan pantatku menggoyang batang kejantatanku yang amblas dalanm lubang memek sabrina.Ia mulai merasakan sensasi yang luar biasa yang tak pernah ia dapatkan dari sang suami. Akupun memperhatikan kearah selangkangan Sabrina.Tampak vaginanya menggenggam erat penisku.dan akupun merasa puas akhirnya dapat menikmati tubuh indah yang selalu menjadi hayalanku.Pandangan matakupun tak luput dari dua gundukan diatas dadanya yang bergoyang kekiri dan kekanan.Tanpa menyia-nyiakan kesempatan tanganku langsung menomplok dua gundukan itu.Kuremas remas kedua susu yang mengkal itu sambil sesekali kupilin dua putingnya yang sudah keras menegang . “ohhhh,,,uhhhhh,,,akhhhhhhh,,,enak sekaaaaliii,,,kontolmu teddyy,,,,”erangan Sabrina makin tak karuan.Tensi permainan semakin panas dan akhirnya,,,, “Oohhhhh,,,akhhhhh,,,aku mau keluar sayannnnngh,,,,,,,” Akupun semakin cepat menggenjot tubuh sabrina yang membuat dia mengerang penuh nafsu,,,dan terasa batang kejantannanku dibanjiri oleh cairan yang ada dalam lobang kewanitaannya. Beberapa saat kemudian terasa sesuatu menyesak dari dalam batang kejantannku.Akupun ingin mencabut batang kejantananku yang terbenam dalam lubang memek Sabrina ,,namun ia menahan dan minta ditumpahkan didalam saja,,,,”jangan dicabut dong sayang ,,,,tumpahain didalam aja ya,,,”pintanya padaku,,dan akhirnya crootttt,,,creettttt,,spermaku tumpah didalam rahimnya. Akupun mencabut batang kejantannnku dari lubang memek sabrina.Diapun bnagkit dan meraih batang kejantananku.Dijilatinya sisa-sisa sperma yang masih menempel dipenisku.Permainan babak pertamapun selesai.Kami sama sama terlentang diatas lantai tanpa sehelai benangpun yang menempel ditubuh. “Ted,,,thank ya ,,,,”katanya padaku. “Thank buat apa say,,,”kataku sambil mencubit ujung hidungnya. “ya,,,buat ,,itu,,tuh,,,,”katanya lgi,,, “itu apa sayang,,,,,yang jelas dong ngomongnya,,,” “ih,,jadi malu nih,,,,” katana manja. Sementara tangannna tak lepas dari batang kejantananku,,,, “mau lagi ya,,,”kataku sambil memancing gairahnya. “udah sayang,,,,nggak kuat lagi nih” Kmaipun bangkit dan pergi kekeamar mandi untuk membersihkan badan.Didalam kamar mandi ,,kami mengulangi kembali permainan seks yang lebih panas lagi.Memang sisabrina type wanita haus seks.Beberapa gaa kami praktekkan dalam kamar mandi itu.Deru nafas yang semakin memburu tak menyurutkan hasrat kami untuk bercinta. Begitula,,,setiap ada kesempatan ,,kami selalu mengulangi dan mengulanginya kembali sepanjang suaminya tak berada dirumah.Terkadang jika suaminya berada dirumahpun sabrina kerap masuk kekamarku dan,,apalagi kalau bukan digarukin memeknya dengan kontolku yang selalu memuaskannya.

Birahi Karyawanku

Aku adalah seorang pimpinan sebuah Biro Perjalanan Wisata yang terhitung masih baru di negara ini. Panggil saja aku Pram. Aku seorang laki-laki yang masih bujangan walau umurku sudah 32 tahun.Pertama aku menjalankan perusahaan ini, aku merekrut beberapa karyawan yang layaknya perusahaan travel tentu banyak wanitanya. Salah satu karyawanku itu sebutlah namanya Esther, adalah tangan kananku dalam menjalankan roda perusahaan ini. Dia cukup berpengalaman di bidang marketing dan operasional. Orangnya cantik, putih, berumur sekitar 28 tahun. Pertama aku meng-interview dia kujabat tangannya, “Selamat siang, perkenalkan nama saya Pram, Pramono.” Dia pun menyebutkan namanya, “Esther..” dengan nada suaranya yang agak serak, yang bagiku terdengar seksi. “Boleh saya lihat CV anda?” tanyaku. “Silakan Pak,” sahutnya. Aku pun mulai bertanya seperti layaknya pimpinan perusahaan yang sedang meng-interview calon karyawannya. “Sepertinya anda cukup pengalaman di bidang travel, sudah berkeluarga ?” tanyaku penuh selidik. “Sudah Pak,” jawabnya singkat. Lalu ditambahkan, “Saya sudah berputra satu.” “Ooo.. Oke anda diterima, kapan anda mulai bergabung dengan kami?” tanyaku lagi. “Mungkin minggu depan, bagaimana Pak?” jawabnya, sambil memainkan matanya yang indah. “Hmm.. boleh, selamat ya..” kataku sambil menjabat tangannya. Begitulah, Esther sejak itu menjadi karyawanku, dimana sewaktu marketing aku selalu mengajak dia. Dia pun kelihatan senang kalau aku mengajaknya keluar. Dari seringnya kami keluar bersama entah kenapa dia sering memancing omongan kearah yang lebih pribadi. Sampai akhirnya pada suatu saat aku terkejut begitu mengetahui dia ternyata sudah bercerai dengan suaminya. “Hah?! pantas aku nggak pernah melihat suami kamu..” aku hanya bisa geleng-geleng kepala. “Yah, beginilah kehidupan saya Pak, saya janda dengan anak satu, maafkan saya Pak, selama ini saya berbohong pada Bapak.” Esther menyahut dengan tetesan air mata di pipinya. Aku tidak tahan dengan pemandangan itu, lalu kubelai rambutnya, entah setan dari mana aku memeluk dirinya. Ternyata dia pun malah menghamburkan tubuhnya di dadaku, dengan tangisnya yang semakin kencang. Sejak saat itu aku semakin dekat dengan Esther, tapi tetap aku menjaga hubungan kami itu dari karyawan lain. Dimana kalau kami sedang berdua, dia memanggilku dengan sebutan, “Mas”. Tapi kalau ada karyawan lain dia tetap memanggilku, “Pak”. Sampai sebulan kemudian, aku ditemani Esther kerja lembur di kantor. Kurang lebih pukul 8 malam, aku istirahat sambil duduk di sofa yang ada di ruanganku. Saat itu Esther terlihat cantik dengan rok mini dipadu blazer coklatnya. “Mas, ayo cepet pulang, Rian kasian di rumah,” rengeknya. Oh ya, Rian itu adalah putra dari suaminya dulu. “Iya.. ya sebentar aku capek nih,” aku menjawab sambil tersenyum, lalu kutarik tangannya agar duduk di sebelahku. Kami pun terlibat obrolan tentang masa lalunya, yang memancing tangisnya pecah lagi. “Sudahlah, kamu berhak melanjutkan hidup kamu, jangan kamu sia-siakan, kamu masih punya tanggung jawab terutama dengan Rian, iya kan?” hiburku sambil memeluknya. Perlahan kucium rambutnya yang harum itu, kukecup bibirnya. Esther pun membalas disertai air matanya yang masih menetes di pipinya. Entah kenapa aku semakin berani dengan mengecup lehernya, Esther pun hanya merintih kegelian, tapi dibiarkan saja aku terus menjelajahi seantero lehernya. Tadinya aku berpikir, sudah sekian lama dia tidak mendapatkan sentuhan laki-laki masak sih dia tidak ada keinginan untuk itu? Sambil deg-degan tanganku mencoba meraih kancing blazernya. Yess! Ternyata dia hanya merintih, “Ouhh.. Masss..” malah tangannya meraba pahaku. Mendapat respon seperti itu aku menjadi kegirangan, satu-satu kubuka kancing blazernya, dan kulihat blouse dalamnya yang ternyata berwarna kuning juga, tapi sangat transparan, sehingga terlihat BH yang berwarna hitam itu menerawang di balik blouse-nya. Kulihat matanya meredup seolah mengharap aku bertindak lebih jauh. “Iya sayang aku tau, kamu sudah lama kan tidak pernah mendapat sensasi seperti ini?” aku berkata dalam hati. Pelan-pelan kancing blouse itu kubuka, tidak sampai satu menit terbuka semua kancing itu. Entah pura-pura atau apa Esther tiba-tiba menutup blouse yang sudah terlanjur terbuka itu. “Kenapa?” tanyaku keheranan. “Hmm.. malu, malu Mas..” jawabnya. “Aku tau sayang, kamu sebenarnya menginginkannya kan?” tanyaku yakin. Dia cuma diam, dan tanpa menunggu jawaban dari Esther, perlahan kusingkirkan tangannya dari dua bukit kembar yang masih tertutup kain segitiga hitamnya. Sambil kembali aku melumat bibirnya kutelusupkan jariku di celah BH-nya. Dan, tanpa kesulitan kutemukan tonjolan daging di puncak buah dadanya yang ternyata sudah keras. Karena jari-jariku kejepit BH yang mungkin kesempitan buatnya, kupaksakan keluar buah dadanya yang kanan keluar dari balik BH-nya. Benar juga dugaanku, BH yang kutaksir 34 itu ternyata masih agak kesempitan, karena begitu bukit daging itu menyeruak keluar besarnya kurang lebih sebesar jeruk bali, dengan putingnya yang merah kehitaman. “Mas dibuka saja, nanti BH-ku rusak,” kata Esther tiba-tiba. Pucuk dicinta ulam pun tiba! gumamku. Karena pengalamanku yang sudah menggauli sekian banyak wanita, kalau hanya membuka BH dengan satu tangan sih mudah saja. Dan, kedua buah dada Esther sekarang terpampang tepat di depan wajahku. “Boleh?” aku bertanya seolah minta ijin darinya. Esther hanya tersenyum, dan dua detik kemudian bibirku sudah menyentuh puting susunya sebelah kanan sedang tangan kananku beroperasi pada yang satunya. Perlahan kumainkan lidahku di tonjolan puting susunya sambil kutarik-tarik dengan bibirku. Sedang tanganku sibuk memilin-milin dan meremas buah dada yang satunya. Tiba-tiba pecahlah rintihan nafsu keluar dari mulut Esther. “Ouuhhh.. Masss.. terus..” Entah sadar atau karena kebiasaan dengan suaminya dulu, Esther mendaratkan tangannya di atas selangkanganku. Dan tanpa diminta dia langsung meremas-remas tonjolan di balik reitsleting celanaku. Kontan daging panjang di balik celanaku itu membengkak. Aku berpikir tidak adil, kalau dia sudah berani memegang kemaluanku, kenapa aku cuma di sekitar dadanya? Aku pun mengarahkan tanganku yang tadi memainkan buah dadanya, ke pahanya. Entah karena refleks atau apa, Esther pun seperti membuka jalan dengan membuka kedua pahanya. Otomatis rok kuning mini miliknya ikut terkuak. Dari cuma mengelus pahanya, tanganku pun menjalar ke atas sampai menyentuh secarik kain yang menutupi bukit pubis di selangkangannya. Perlahan kuelus bukit kecil itu. “Mass.. Ouughh..” rintihan Esther terdengar semakin keras. Sementara mulutku masih asyik mengulum dan mengenyot puting Esther, jemariku rasanya tidak betah kalau hanya mengelus secarik celana dalamnya. Kutelusupkan jari-jariku masuk dari pinggir celana dalam Esther yang ternyata berwarna hitam juga. Dan, begitu menyentuh daging di balik celana dalamnya, jari-jariku disambut dengan kehangatan dan kelembaban yang dikeluarkan oleh kemaluannya. Ada tiga menit aku mengelus bibir kemaluan Esther, perlahan dari bawah ke atas, terus bergantian, sampai tiba-tiba saja dia berdiri dan, “Mas.. ehmm sebentar ya?” ternyata dia melorotkan sendiri celana dalamnya, lalu dibuang begitu saja di lantai. Aku hanya melongo memperhatikan kelakuannya, “Aku takut celanaku basah..” sahutnya malu-malu. Aku pun tersenyum dibuatnya. “Iya nih belum apa-apa sudah lengket tanganku.” godaku. Wajah Esther merah sambil mencubit perutku. “Curang! Mas Pram curang! celana Mas belum dibuka.” gerutunya cemberut yang dibuat-buat. “Ya udah, so mau kamu gimana?” tanyaku pura-pura nggak ngerti. “Iiihhh.. norak! Ayo dong dibuka!” rengeknya manja. Aku cuma terkekeh dibuatnya, tapi aku pun menuruti kemauannya. Sambil dibantu Esther, celana panjangku akhirnya lepas. Sekarang aku cuma memakai celana dalam. “Yang ini? Belum!” dia menunjuk ke arah celana dalamku. “Usaha dong..” jawabku sekenanya. Tapi Esther cuma memandang tonjolan daging panjang yang masih tersimpan rapi di balik celana dalamku. Tangannya kembali menyentuh tonjolan tersebut. Diurut perlahan dari bawah ke atas, dan pada ujungnya dia memainkan jarinya sedemikian rupa sampai aku merem melek dibuatnya, “Hmmm.. yahh.. ouffsshhh.. pintar kamu Ther..” gantian aku dibuatnya merintih keenakan. Sementara mulut dan bibirnya memagut leherku dengan lembutnya. Tidak lama kemudian, “Aku buka ya?” tanya Esther. Aku cuma mengangguk, “Terserah kamu sshhh.. mau diemut juga boleh.. oouuhh..” kataku disertai rintihan. Sedetik kemudian mencuatlah batang kemaluanku dengan gagahnya. Sambil terus mengurut dan meremas-remas kemaluanku, Esther memuji kemaluanku, “Wahhh.. pantas..!” Aku heran, “Apanya yang pantas?” “Nggak Mas, tapi jangan marah ya? Aku sering membayangkan itunya Mas Pram kalau lagi tegang, soalnya sering kalau ininya Mas Pram lagi tegang aku nggak sengaja ngeliat..” katanya sambil meremas agak kuat kemaluanku. “Kan nggak kelihatan?” tanyaku heran. “Iya! Tapi kelihatan kok kalau punya Mas Pram gedeeee.. banget! Menuh-menuhin bungkusnya. Tuh liat tuh sampe tanganku aja nggak muat megangnya.” Sahutnya penuh nafsu yang tertahan. “Apa lagi kalau.. kalau.. mmmm..” omongannya terputus. “Apa..?” tanyaku penasaran. “Nggak, apa lagi kalau.. masuk ke sini..” sambil tangannya menunjuk ke arah liang kemaluannya sendiri. “Ke mana Sayang? hmm? ke sini?” sahutku sambil tanganku menyingkap roknya dan kembali meraba bukit kemaluan Esther yang tercukur rapi itu. “Ssstt.. ouhhh.. yahhh.. oufsshh..” kembali dia merintih pelan. “Kuemut ya Sayang?” tanpa menunggu jawaban dariku, Esther langsung membuka lebar mulutnya dan, “Ouuhh.. Godd!” aku merintih nikmat karena kepala kemaluanku sudah dalam jepitan bibir Esther yang terlihat seksi itu. Sementara lidah Esther memainkan kepala kemaluanku, aku sibuk dengan jariku memainkan bagian puncak dari lubang kemaluannya, yang di situ bertengger daging kecil klitorisnya yang sudah amat tegang. Esther begitu mahir dengan permainan mulutnya yang naik turun yang mengeluar-masukkan batang kemaluanku di mulutnya. Aku terbuai dihempas badai kenikmatan dengan hisapan dan emutan Esther di seluruh kemaluanku. Sambil mataku tertutup, aku membayangkan, yahh.. pantas saja dia janda, tentu pintar membuat pasangannya kelonjotan begini! Tapi aku pun saat itu juga berpikir, aku pun juga piawai kalau hanya membuat wanita kelojotan. Setelah 10 menit berlalu, kuangkat kepala Esther dan otomatis batang kemaluanku tercabut dari keganasan permainan mulut dan bibirnya. Kulihat batang kemaluanku basah oleh air liur Esther. “Ada apa Mas? nggak enak ya?” tanyanya khawatir. Aku tersenyum, “Nggak.. enak kok, tapi pengen gantian aja,” jawabku singkat. Esther masih keheranan dengan sikapku, lalu dia kusuruh merebahkan tubuhnya di sofa merah di ruanganku itu. “Mau ngapain Mas..” tanya Esther belum hilang keheranannya, tapi dia mau menuruti kehendakku dengan merebahkan tubuhnya di sofa. Aku cuma tersenyum lalu, “Coba deh ya?” jawabku. Aku mulai mengecup lututnya yang terjuntai ke lantai, sementara rok mininya kutarik ke atas, hingga terpampanglah selangkangan Esther yang polos dan sangat menggairahkan itu. Perlahan kutelusuri paha kanannya dari lutut bagian luar kemudian masuk ke arah belakang lututnya terus merangkak naik. Lantas paha yang satunya pun tidak luput dari kecupan bibir dan jilatan lidahku, perlahan naik ke arah bukit kemaluannya disertai erangan dan rintihannya yang terputus-putus. Seperti tersadar akan apa yang akan kulakukan, dia berujar, “Mas, ehhh.. Mas.. jangan!” sambil kedua telapak tangannya menutupi selangkangannya dan kedua pahanya dirapatkan. “Kenapa Sayang..?” tanyaku. Dia bangkit, “Jangan Mas.. soalnya kan..” dia tidak melanjutkan kata-katanya. “Kenapa..” aku menunggu jawabannya. “Soalnya.. Soalnya punyaku bau..” jawabnya malu-malu. “Masa sih? Mana sini aku cobain, bau apa nggak!” kataku sambil berusaha merebahkan tubuhnya kembali di sofa. Kembali Esther menuruti kehendakku merebahkan tubuhnya di sofa, tapi selangkangannya masih tertutup rapat dan tangannya masih menelungkupi bagian kemaluannya. Kembali lidah dan bibirku menelusuri bagian atas pahanya, sampai akhirnya bibirku menyentuh tangannya yang tetap tidak mau minggir itu. “Mas.. ouhhh Mas.. jangan Mas.. punyaku bau Sayang.. jangan dong.. ouh sshhh.. aku malu..” katanya sambil terus diiringi rintihannya. “Hmmm..” Aku cuma bergumam sambil terus menciumi tangannya. Perlahan namun pasti, akhirnya kedua telapak tangan Esther mau juga minggir dan berganti mengelus-elus pipiku. Sementara kedua pahanya masih tertutup rapat seolah belum mau memberi kesempatan pada lidahku untuk mencicipi lubang surga yang dimiliki Esther ini. Kusapu terus dengan lidahku daerah lipatan pubis Esther yang ditumbuhi bulu-bulu tercukur rapi itu. Mulai tercium aroma kemaluan wanita yang khas yang biasanya merebak jika wanita semacam Esther ini didera nafsu birahi yang hebat. Aku sangat yakin lubang kemaluan Esther ini pasti paling tidak sudah mengeluarkan beberapa tetes cairan pelumas. Entah sadar atau tidak atau memang Esther sudah amat menginginkannya, dengan sedikit tenaga dari tanganku akhirnya perlahan terbuka juga kedua pahanya yang sudah 10 menit tertutup rapat. Dan semakin menyeruaklah bau harum yang khas yang dikeluarkan dan ditebarkan oleh cairan yang keluar dari lubang itu. Kedua paha Esther belum terbuka maksimal, jadi bentuk kemaluannya masih terlihat garis lurus dengan bibir labia mayora di lubang kemaluannya masih menutupi misteri yang ada di situ. Sedikit demi sedikit kuresapi kebasahan yang melekat di bibir kemaluan Esther. Oh Tuhan, akhirnya aku bisa menikmati kemaluan Esther yang sudah sekian lama kuimpikan. Semakin lebar tanpa sadar Esther membuka pahanya, perlahan semakin terkuaklah bibir luar kemaluan Esther memperlihatkan lubang yang mulai menganga yang di atas pucuk kemaluan itu ada secuil daging kecil bertengger dengan indahnya seolah bergetar tak sabar menunggu keliaran dari lidah dan mulutku. Dan, “Ouhhh.. Mas.. God! Yahh..! esstthh..” dari mulut Esther pecah rintihan keras begitu lidahku menjelajahi bagian dalam lubang kemaluannya, terus kusentil klitoris yang sedari tadi mengharapkannya. Setiap milimeter apa yang ada di liang kemaluan Esther tidak ada yang terlewati, kujilat dan terus kujilati. Sekarang jemari di tangan Esther hanya bisa mengelus rambutku. Esther tambah kelonjotan saat lidahku menerobos masuk ke dalam lubang kemaluannya dan menjilati tonjolan-tonjolan daging yang ada di dalam sana. Lalu kembali lidahku menjilati bibir bagian dalam kemaluannya terus ke atas sampai menyentuh klitorisnya. Ada 5 menit aku memainkan klitorisnya. Sementara erangan Esther makin keras dan tubuhnya semakin bergetar hebat. Aku pun mengimbanginya dengan mulai menggigit-gigit kecil bibir kemaluannya dengan bibir dan gigiku. “Mass.. kamu hebat Sayang.. ouuhh yess.. Goddd.. terus.. ouufff.. Mas Pram.. sshhh.. yaahh.. teruss Sayang..” Kembali ke arah daging kecil itilnya, bibirku mulai menghisap klitoris Esther di dalam mulutku, sambil diemut-emut seperti layaknya ngemut permen. Klitoris yang ada di dalam mulutku itu kuemut dengan lembut sementara lidahku memainkannya di dalam. “Yahhh.. terusss.. hisap itilku.. Ouuff ssh.. yang kuat Masss.. terus.. yahh begitu.. oouuhh Mas.. Mas Prammm.. aku belum pernah seenak ini Masss.. Aduuhhh.. pintar banget sih Mass.. Godd..” rintihan Esther seperti memberi semangat buatku untuk terus menjilati dan menghisap itilnya lebih kuat. Tubuh Esther berkelonjotan ke sana ke mari, sementara jari-jarinya menjambak rambutku, dan di sela-sela lidahku yang makin ganas dan liar menghisap dan mengemut klitorisnya, tiba-tiba, “Sruutt.. sruttt.. gleekk.. sruutt.. sruuttt..” entah dari mana datangnya tiba-tiba mulutku dibanjiri cairan yang begitu banyaknya sampai aku kewalahan untuk menghindarinya karena Esther sekarang bukan lagi menarik-narik rambutku, tapi malah berusaha membenamkan wajahku di lubang kemaluannya dengan menekan kuat kepalaku pada selangkangannya, sementara kedua pahanya menjepit kuat kepalaku. “Teruss.. Sayang.. aduhh.. yahhh.. dikit lagi.. oouuhhh Goddd.. essshhh.. sedikit lagi Masss.. aduuhh nikmat sekali.. essttt.. ouufff..” “Sreettt.. srrr.. seeerrttt.. glekk serrr.. gllekk..” mau tidak mau cairan yang disemburkan dari lubang kemaluan Esther itu kutelan, karena memang kepalaku oleh Esther dibenamkan di liang kemaluannya serta dijepit dengan kuat oleh kedua pahanya. Entah sudah berapa kali Esther menyemburkan cairan kenikmatan yang keluar membanjir masuk ke dalam mulutku. Dan entah berapa kali aku menelannya. Karena setiap kuhisap klitorisnya, saat itu pula cairan itu menyembur kuat masuk ke dalam mulutku terus masuk ke dalam kerongkonganku yang berarti otomatis tertelan olehku. Tapi entah kenapa aku begitu menyukai rasa cairan yang dikeluarkan oleh lubang kemaluan Esther ini, jadi aku malah tambah bernafsu untuk menghisap habis cairan yang terus membanjiri di dalam mulutku. Aroma cairan yang keluar dari kemaluan Esther ini sungguh beda dari wanita yang pernah kucicipi. Rasa dan aromanya begitu harum, gurih dan rasanya tidak ada rasa dan aroma cairan di dunia ini yang seenak dan segurih yang dimiliki Esther ini. Mungkin setelah sekitar 10 kali semburan, cairan itu tidak terlalu kuat lagi menyembur, hanya berupa tetesan saja. Sementara itu Esther pun sedang menikmati multi orgasmenya yang panjang dengan rintihan dan erangan yang tidak putus-putusnya. Sampai 3 menit kemudian, dia pun mengendorkan jepitan pahanya di kepalaku dan melepaskan cengkeraman tangannya juga di kepalaku. Aku yang tadi sulit bernafas, sekarang bisa mengambil nafas lega, dan kupandangi lubang kemaluan Esther yang terlihat merah dan sangat basah, di situ masih terlihat tetesan cairan yang tadi begitu derasnya menyerbu mulutku. Kulihat juga sofa di bawah selangkangan Esther basah ternoda oleh sisa cairan yang masih terus menetes. Kupikir ketimbang mengotori sofaku, kutampung sisa cairan yang masih menetes itu dengan kembali menjilati lubang kemaluan Esther. Kontan Esther merengek, “Mass.. udah Sayang.. aduuhhh.. Gelii.. oouuhh.. ouufff.. ssttt.. Geli Sayang.. udah dong.. aduh enak Mas.. aduhh.. aku nafsu lagi nih..” Kemudian dia menarik tubuhku dan langsung mencium bibirku dengan ganasnya, padahal di mulutku masih banyak sisa cairannya sendiri. Aku pun berusaha menolaknya, seperti mengetahui pikiranku, Esther menimpali, “Hmmm.. enak juga cairanku ya Mas? Gurih ya?” dia terlihat mengecapkan mulutnya seperti mencicipi masakan yang luar biasa lezatnya. Aku pun menjawab, “Esther, betul-betul deh cairan kamu ini bener-bener luar biasa enaknya. Kayaknya nggak ada deh di dunia ini yang bisa menandingi kelezatan dan kegurihan yang dikeluarkan kemaluan kamu..” aku setengah merayu. Dia cuma memelukku manja, namun beberapa saat kemudian kulihat dari kedua mata Esther keluar air, (air mata?) “Aduuh Mas Pram, aku belum pernah mengalami sensasi yang barusan kamu berikan padaku, aku nggak mau pisah Mas.. jangan tinggalkan aku ya? Pleasee.. kimpoii aku, Mas..” dia berkata sambil sesunggukan berurai air mata, dan tangannya menyeka mulutku dengan tissue dari kebasahan yang tadi membanjiri mulutku. Kulihat jam sudah pukul 9:30 malam, “Ayo sayang kita pulang, kasihan Rian menunggu kamu di rumah.” bisikku. Lalu kami pun merapikan pakaian dan pulang menuju rumah Ester. Sejak saat itu Esther menjadi Sephiaku dan kami pun sering mengulangi kejadian tersebut hingga akhirnya kami berpisah karena Esther telah dinikahi oleh orang lain. Begitulah nasib manusia, jodoh benar-benar berada di Tangan yang Kuasa